Saturday, February 26, 2022

Biologi dan Ekologi Kutu Putih Pepaya

Oleh: Aunu Rauf dan Dewi Sartiami

Serangan kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae), pertama kali dilaporkan terjadi di Bogor pada akhir bulan Mei 2008. Awalnya hama ini ditemukan pada sebatang pohon pepaya yang tumbuh terisolasi di rumah anggrek di Kebun Raya Bogor dengan buah tampak putih penuh diselimuti kutu. 

Pengamatan lapangan berikutnya menunjukkan banyak pohon pepaya di wilayah Bogor yang terserang hama baru ini, bahkan sebagian mengalami kematian (Gambar 1). 

Serangan kutu putih pepaya
Gambar 1. Pohon pepaya yang mati karena terserang kutu putih, Bogor, 2008
(Foto: Aunu Rauf)

Petani pepaya menderita kerugian lebih dari 60% akibat serangan kutu putih, terutama bila tanaman mati sebelum sempat panen. Pada musim berikutnya, banyak petani di wilayah tadi yang kemudian mengalihkan usahataninya dari pepaya ke ubikayu. 

Dari berbagai laporan diperoleh informasi bahwa P. marginatus tergolong hama invasif yang dalam 10 tahun terakhir ini ”mengembara” menembus berbagai belahan bumi. Diperkirakan hama ini masuk ke Indonesia karena terbawa pada tanaman hias yang didatangkan dari luar negeri.

Persebaran

Kutu putih pepaya adalah serangga asli Meksiko dan/atau Amerika Tengah. Di daerah asalnya, hama ini tidak pernah dilaporkan menjadi hama penting karena keberadaan dan peranan kompleks musuh alaminya. 

Status kutu putih pepaya sebagai hama terjadi segera setelah kutu ini pada tahun 1994 menginvasi wilayah Karibia seperti Bahama, Republik Dominika, Haiti, dan Puerto Riko. Tahun 1998 kutu putih pepaya ditemukan di Florida, menyerang berbagai jenis tanaman. Kutu putih pepaya kemudian menyebar ke wilayah Pasifik. Pada tahun 2002 hama ini dilaporkan menimbulkan serangan berat pada pepaya di Guam, dan setahun kemudian di Kepulauan Palau. Tahun 2004 kutu putih pepaya dijumpai di Pulau Maui dan Ohau (Hawaii), dan tahun 2005 di Northern Mariana.

Di Asia, hama ini pertama kali dijumpai di Bogor (Indonesia) pada tahun 2008. Pada saat yang hampir bersamaan, kutu putih pepaya juga dijumpai di Tamil Nadu, India. Setahun kemudian, invasi kutu putih pepaya dilaporkan meluas ke Malaysia, Thailand, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh, dan tahun 2010 sudah mencapai beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah.

Hingga akhir 2008 persebaran hama ini di Indonesia masih terbatas di Bogor dan sekitarnya seperti Jakarta, Tangerang, Sukabumi, dan Cianjur. Pada pertengahan 2009, kutu putih pepaya dilaporkan telah menyebar ke Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Lampung, Riau, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Kini hama ini telah ditemukan diseluruh wilayah Nusantara, termasuk Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Gejala kerusakan

Serangan kutu putih pepaya biasanya ditandai oleh banyaknya gumpalan benang lilin berwarna putih pada permukaan buah dan/atau pada permukaan bawah daun. Hal ini terjadi karena kutu putih hidup secara bergerombol. Kutu putih pepaya mengisap cairan tanaman dengan cara menusukkan alat mulutnya kedalam jaringan epidermis daun atau buah. Pada daun tua serangan biasanya terjadi sepanjang tulang tengah dan urat daun, sedangkan pada daun muda dan buah terjadi pada seluruh bagian. Pada saat mengisap cairan, alat mulut kutu menginjeksikan racun kedalam jaringan tanaman. Sebagai akibatnya, serangan pada pucuk menyebabkan daun tumbuh kerdil dan keriput (Gambar 2).

Pucuk yang terserang kutu putih pepaya
Gambar 2. Serangan pada pucuk menyebabkan daun tumbuh kerdil dan keriput (Foto: Aunu Rauf)

Pada keadaan serangan berat, seluruh permukaan bawah daun pepaya penuh ditutupi kutu (Gambar 3) yang menyebabkan daun mengering dan akhirnya tanaman mati. Serangan berat pada buah dapat menyebabkan buah tidak laku dijual atau dimakan karena terbentuknya lapisan lilin tebal pada permukaan buah (Gambar 4). Selain itu, hama kutu putih pepaya menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi cendawan jelaga, sehingga permukaan daun dan buah pada tanaman yang diserang berwarna hitam.

Permukaan daun yang ditutupi kutu putih pepaya
Gambar 3. Permukaan bawah daun pepaya penuh diselimuti kutu putih (Foto: Aunu Rauf)

Kutu putih pepaya yang menyerang buah
Gambar 4. Permukaan buah papaya penuh diselimuti kutu putih (Foto: Aunu Rauf)

Deskripsi

Kutu dewasa betina tidak bersayap (Gambar 5A), berbentuk bulat telur, dan berukuran panjang 2.2 mm dan lebar 1.4 mm. Tubuh berwarna kuning dan ditutupi lapisan lilin putih. Pada sepanjang tepi tubuhnya terdapat jonjot-jonjot lilin putih berukuran pendek, sekitar ¼ panjang tubuhnya. 

Telur berwarna kuning kehijauan yang diletakkan dalam kantung telur yang berukuran 2-3 kali lipat panjang tubuhnya. Kantung telur tadi seluruhnya diselimuti lapisan lilin putih sehingga tampak seperti gumpalan kapas. Kantung telur terbentuk pada bagian ujung bawah abdomen kutu betina. 

Kutu jantan berwarna merah jambu, terutama pada saat fase prapupa dan pupa, tetapi berwarna kuning pada saat fase nimfa instar-1 dan instar-2. Tubuh serangga dewasa jantan bersayap satu pasang (Gambar 5B), berbentuk memanjang, dan berukuran panjang 1.0 mm dan bagian toraks terlebar 0.3 mm.

Kutu putih pepaya betina dan jantan
Gambar 5. Kutu putih dewasa betina (A) dan jantan (B) (Foto: Dewi Sartiami)

Perikehidupan

Siklus hidup berlangsung sekitar 1 bulan. Berbeda dengan kebanyakan kutu putih, P. marginatus tidak bersifat partenogenetik. Artinya, perkawinan betina dengan jantan diperlukan untuk terjadinya reproduksi. Nisbah kelamin ♀ : ♂ sekitar 9 : 1. Kutu betina yang tidak kawin tidak mampu meletakkan telur. 

Serangga dewasa betina menghasilkan feromon seks untuk memikat serangga jantan. Kutu dewasa betina yang kawin meletakkan 100-500 butir telur dalam kantung telur yang terbuat dari benang-benang lilin yang menggumpal dan lengket. Masa peletakan telur berlangsung selama 2 minggu. Kantung telur dibentuk oleh kutu betina dewasa pada bagian ujung bawah abdomen. Telur menetas 7 hari setelah diletakkan. Setelah keluar dari telur, nimfa bakal betina melewati tiga tahapan (instar-1, instar-2, instar-3). Nimfa instar-1 kutu putih biasanya disebut “crawler” karena sifatnya yang selalu aktif merayap. 

Selama fase nimfa instar-1 dan fase awal instar-2, serangga jantan dan betina tidak dapat dibedakan. Barulah menjelang akhir nimfa instar-2, warna tubuh nimfa bakal jantan berubah dari kuning menjadi merah jambu. Segera setelah itu, tubuh nimfa diselubungi kantung yang terbuat dari massa benang lilin. Nimfa instar-3 pada jantan sering disebut prapupa, sedangkan instar-4 disebut pupa. Dari instar-4 inilah kemudian muncul kutu jantan dewasa (Gambar 6).

Siklus hidup kutu putih pepaya
Gambar 6. Bagan siklus hidup kutu putih pepaya (Diadaptasi dari Meyerdirk et al. 2001)

Secara umum hama kutu putih pepaya tidak banyak bergerak, kecuali nimfa instar-1 yang baru menetas. Karena ukurannya yang kecil, nimfa instar-1 ini dapat dengan mudah melayang terbawa angin atau terbawa menempel pada burung. Faktor inilah yang membantu penyebaran kutu ini dari satu kebun ke kebun lain, bahkan dari satu wilayah ke wilayah lain. Karena lilinnya yang lengket, kantung telur atau kutu dewasa betina dapat terbawa pakaian, topi, sepatu pada saat seseorang masuk ke kebun yang terserang. Kutu yang menempel ini kemudian dapat terbawa dan menyebar ke kebun atau wilayah lain.

Tumbuhan inang

Kutu putih pepaya tergolong hama yang bersifat polifag dengan lebih dari 30 jenis tumbuhan inang dari berbagai famili. Tumbuhan inang yang paling utama adalah pepaya (Carica papaya). Selain itu, hama ini juga banyak menyerang kamboja (Plumeria), jarak pagar dan batavia (Jatropha spp), dan ubikayu (Manihot esculenta). Begitu pula kamalakian dan kembang sepatu dapat menjadi inangnya, bahkan tanaman seperti tomat, terong, katuk, ubi jalar, kedelai, alpukat dsb dapat diserangnya bila tumbuh dekat tanaman inang utama yang terserang berat oleh kutu putih pepaya.

Musuh alami

Pada awal kedatangan hama ini tidak banyak musuh alami yang ditemukan di lapangan, Namun sejalan dengan waktu terjadi rekrutmen musuh alami, baik yang berupa predator, patogen maupun parasitoid. Predator yang dijumpai meliputi beberapa jenis kumbang Coccinellidae seperti Curinus coeruleus, Cryptolaemus montrouzieri, Chilocorus sp., Scymnus sp., serta kepik Anthocoridae dan larva Syrphidae. 

Namun, predator yang paling sering dijumpai di lapangan adalah Plesiochrysa ramburi (Neouroptera: Chrysopidae). Kehadiran predator P. ramburi di pertanaman mudah dikenali dari adanya deretan telur bertangkai di sekitar koloni kutu putih (Gambar 7A). Sementara itu larvanya tampak berwarna putih karena tubuhnya ditempeli sisa-sisa lilin yang berasal dari kutu putih (Gambar 7B). Imagonya berwarna hijau pucat dan biasanya hinggap pada permukaan daun (Gambar 7C). P. ramburi juga sering ditemukan pada pertanaman ubikayu yang terserang oleh kutu putih.

Pemangsa kutu putih pepaya
Gambar 7. Deretan telur (A), larva (B) dan imago (C) Plesiochrysa ramburi (Foto: Aunu Rauf)

Musuh alami lainnya yang ditemukan adalah parasitoid Acerophagus papayae Noyes and Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae). A. papayae umumnya memarasit nimfa instar-2 atau instar-3 nimfa kutu putih. Nimfa yang terparasit membentuk mumi yang berwarna cokelat (Gambar 8A). Dari mumi tadi kemudian keluar imago parasitoid yang berwarna oranye pucat, berukuran 0.4-0.7 mm. Parasitoid A. papayae diduga terbawa masuk ke Indonesia bersama inangnya kutu putih pepaya. 

Tampaknya parasitoid ini cukup efektif dalam mengendalikan perkembangan populasi kutu putih pepaya. Pada rentang waktu 2000-2005, beberapa negara di Karibia dan berbagai pulau di Pasifik sengaja mendatangkan parasitoid A. papayae dari Puerto Riko. Negara yang belakangan ini mendatangkan parasitoid A. papayae adalah Sri Lanka dan India, yaitu pada tahun 2009/2010. 

Mumi kutu putih
Gambar 8. Mumi kutu putih (A) dan imago parasitoid Acerophagus papayae (B) (Foto: Dewi Sartiami)

Di lapangan banyak pula dijumpai kutu putih yang mati terinfeksi jamur Neozygites sp. Kutu yang demikian mudah dikenali dari warnanya yang berubah menjadi kehitaman (Gambar 9).

Kutu putih terinfeksi jamur
Gambar 9. Kutu putih yang terinfeksi jamur Neozygites sp (Foto: Aunu Rauf)

Tindakan Pengendalian Dini

Serangan berat kutu putih pepaya umumnya terjadi pada musim kemarau yang kering. Dalam keadaan musuh alami tidak mampu menekan perkembangan populasi kutu putih, maka diperlukan tindakan pengendalian jangka pendek yaitu sanitasi dan penyemprotan dengan air sabun. Untuk maksud tersebut:

  • Periksalah tanaman secara teratur baik di pembibitan maupun di pertanaman.
  • Bila ada beberapa tanaman yang terserang ringan, matikan kutu putih secara mekanis dengan bantuan tangan atau alat.
  • Bila cukup banyak tanaman yang terserang ringan, potonglah daun tadi lalu dikubur atau direndam dalam air sabun agar kutu putih mati.
  • Bila serangan berat terjadi pada pucuk dan buah, lakukan penyemprotan dengan air sabun (1-2%) yang diarahkan pada bagian yang terserang. 
  • Bila tersedia, gunakan alat semprot bertekanan tinggi agar kutu putih terhempas ke tanah.

Hindari Ketergantungan pada Insektisida

Kutu putih umumnya sulit dikendalikan dengan insektisida. Ada beberapa karakteristik biologi yang membuat pengendalian kimiawi kurang efektif:

  • Lapisan lilin menutupi stadia telur sampai dengan imago. Hanya nimfa instar-1 yang relatif bebas dari lilin. Lilin ini mampu melindungi kutu dari insektisida yang diaplikasikan.
  • Kutu putih kadangkala ditemukan pada tempat yang terlindung seperti di balik buah atau rangkaian pucuk dimana insektisida yang diaplikasikan tidak dapat mengenainya.
  • Kutu putih sering hidup bertumpukan sehingga hanya individu yang ada pada bagian terluar yang akan terkena insektisida.
  • Kutu putih bersifat polifag dengan inang mencakup berbagai jenis gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman. Dengan demikian, tanaman yang telah disemprot dapat dengan segera mengalami infestasi ulang.

Referensi
Heu RA, Fukada MT, Conant P. 2007. Papaya mealybug, Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae). New Pest Advisory, State of Hawaii Dpt. Ag. 04-03, 2 p.

Meyerdirk DE. 1999. Control of papaya mealybug, Paracoccus marginatus (Homoptera: Pseudococcidae). Environment Assessment, USDA, APHIS, PPQ, 20 pp.

Meyerdirk DE, Muniappan R, Warkentin R, Bamba J, ReddyGVP. 2004. Biological control of the papaya mealybug, Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) in Guam. Plant Prot. Qrtly, 19: 110-114.

Meyerdirk DE, Warkentin R, Attavian B, Gersabeck E, Francis A, Adams M, Francis G. 2001. Biological control of pink hibiscus mealybug project manual. USDA: PPQ 09/2001-01.194 pp.

Miller DR, DJ Williams, AB Hamon. 1999. Notes on a new mealybug (Hemiptera: Coccoidea: Pseudococcidae) pest in Florida and the Caribbean: The papaya mealybug, Paracoccus marginatus Williams and Granada de Willink. Insecta Mundi 13: 179-181.

Muniappan R, BM Shepard, GW Watson, GR Carner, D Sartiami, A Rauf, and MD Hammig. 2008. First report of the papaya mealybug, Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae), in Indonesia and India. J Agric Urban Entomol 25(1): 37-40.

Muniappan R, DE Meyerdirk, FM Sengebau, DD Berringer, GVP Reddy. 2006. Classical biological control of the papaya mealybug, Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) in the Republic of Palau. Florida Entomol., 89: 212-217.

Watson GW, LR Chandler. 2000. Identification of mealybugs important in the Caribbean region. Second edition. Wallingford, Oxon: Commonwealth Science Council and CAB International. 40 pp.

Untuk keperluan sitasi, silakan tulis:
Rauf A, Sartiami D. 2022. Biologi dan ekologi kutu putih pepaya. https://www.serbaserbihama.com/2022/02/hama-kutu-putih-pepaya.html. Diakses pada tanggal (sebutkan).

12 comments:

Unknown said...

informasinya sangat lengkap.
Terima Kasih Pak Aunu.

van said...

Pak Aunu dan Bu dewi sangat baik sekali penjelasannya, salam sehat selalu..

Evie Adriani said...

Terimakasih atas share ilmunya Pak Prof Aunu. Bapak merupakan dosen panutan saya. Semoga sehat selalu. Aamiiin

Sang Pengamat Hama said...

Lagi belajar nge-blog.

Sang Pengamat Hama said...

Lagi belajar nge-blog.

Sang Pengamat Hama said...

Lagi belajar nge-blog.

Unknown said...

Terimakasih Pak Aunu dan bu Dewi,artikelnya sangat lengkap dan bermanfaat...

Sang Pengamat Hama said...

Lagi belajar nge-blog.

Unknown said...

Makasih pak Aunu dan Bu Dewi..artikelnya bagus

Ridwan Sufyana said...

Informasi nya sangat lengkap pak Aunu, terima kasih sudah berbagi. Semoga blog nya terus berkembang, sukses & sehat terus ya pak

Sang Pengamat Hama said...

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

Sang Pengamat Hama said...

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Aamiin untuk doanya.