Tuesday, June 21, 2022

Kala Ulat Pericyma Berulah, Flamboyan Berguguran Berjatuhan Berserakan

 Aunu Rauf, Dadan Hindayana, I Wayan Winasa, Idham S Harahap

Tatkala grup musik Bimbo melantunkan larik "Flamboyan berguguran, berjatuhan, berserakan ...", sangat boleh jadi yang ingin diceritakan oleh penciptanya adalah gambaran pohon flamboyan (Delonix regia) pada musim kemarau. Memang begitulah, menjelang berbunga pada pertengahan kemarau, pohon flamboyan daunnya berguguran.  Akan tetapi, apa yang terjadi 30 tahun yang lalu di Bogor dan kota-kota lainnya di Jawa, yaitu flamboyan yang berguguran pada musim penghujan. Penyebabnya adalah Pericyma cruegeri (Butler) (Lepidoptera: Erebidae). Kita sebut saja namanya ulat flamboyan.

Sejarah ledakan

Persebaran P. cuegeri awalnya meliputi Australia, Borneo, dan Filipina. Statusnya sebagai hama invasif dimulai pada tahun 1958, ketika serangan ulat P. cruegeri menyebabkan defoliasi berat pada flamboyan di  Port Moresby (Papua Nugini). Banyak tajuk flamboyan yang gundul lantaran daunnya dilahap habis oleh ulat P. cruegeri.

Berikutnya, ledakan ulat flamboyan terjadi di Guam dan Hawaii pada tahun 1971. Lima belas tahun kemudian (1986) di Pulau Ishigaki (Jepang). Tidak berhenti sampai di situ.  Selang 6 tahun setelah itu di Indonesia (1992). Selanjutnya pada tahun 2000, ledakan P. cruegeri terjadi lagi di Jepang, kali ini di Pulau Okinawa.  Ledakan yang paling anyar dilaporkan terjadi di India pada tahun 2020.

Di Indonesia sendiri adalah Dr. Peter AC Ooi yang pertama kali memberitahukan adanya serangan ulat P. cruegeri pada flamboyan. Sehari-harinya ia biasa dipanggil PACO. Penulis (AR dan DH) beberapa kali bertemu PACO dalam acara yang diselenggarakan oleh Pogram Nasional PHT.  Pada saat itu, PACO adalah tenaga ahli yang diperbantukan pada FAO Inter-Country Programme for IPC in Rice. Tampaknya ia punya jejaring internasional terkait penyebaran hama invasif.

Keadaan serangan di Bogor

Di Bogor, puncak ledakan populasi ulat flamboyan terjadi pada Februari 1994. Ketika itu, pohon-pohon flamboyan yang tumbuh di kompleks pendidikan diploma benih Leuwi Kopo, Kampus IPB Darmaga diserang oleh ulat P. cruegeri. Jumlahnya sekitar 60-an pohon.  Semuanya gundul seperti tampak pada Gambar 1.

Serangan ulat flamboyan di Kampus IPB Darmaga

Serangan ulat flamboyan
Gambar 1. Serangan ulat Pericyma cruegeri pada flamboyan di Leuwi Kopo, Kampus IPB Darmaga, Februari 1994 (Foto: Idham S Harahap)

Karena tiada lagi tersisa dedaunan pada tajuk, sementara larva-larva masih pada lapar, mereka pun lalu turun dari tajuk dan berkeliaran ke sekeliling pohon untuk mencari makanan. Gedung pun tidak luput didatanginya. Gerombolan ulat flamboyan yang jumlahnya tidak terhitung, mungkin ratusan ribu bahkan jutaan, berkeliaran memasuki ruang kelas dan laboratorium (Gambar 2). Konon, seorang mahasiswi yang akan praktikum benih jatuh pingsan. Ia lunglai, tak sadarkan diri, begitu menyaksikan ribuan ulat berlarian di meja praktikum.

Ulat flamboyan berkeliaran di kampus
Gambar 2. Gerombolan ulat Pericyma cruegeri berkeliaran di dinding dan di dalam ruang kuliah dan praktikum diploma benih, Leuwi Kopo, Kampus IPB Darmaga (Foto: Idham S Harahap)

Serangan ulat flamboyan di Leuwi Kopo berlangsung bersamaan dengan serangan di beberapa tempat lainnya.  Misalnya, deretan pohon flamboyan yang tumbuh di tepi jalan Rajamandala sepanjang jalur 2 km digundulinya. Begitu pula flamboyan yang tumbuh di tepi jalan tol Cikampek.

Beruntung, flamboyan memperlihatkan daya pemulihan yang cepat. Dalam waktu sebulan, pohon flamboyan yang gundul segera bersemi, membentuk pucuk baru. Namun, seringkali terjadi infestasi ulang. Pucuk yang baru tumbuh tadi diserang lagi oleh ulat P. cruegeri. Defoliasi yang terjadi berulang kali ini berdampak buruk terhadap tanaman: (a) daun yang terbentuk berukuran lebih kecil, (b) ranting mati, (c) infestasi sekunder oleh penggerek, (d) vigor pertumbuhan pohon menurun, dan (e) kegagalam pembungaan.

Siklus hidup Pericyma cruegeri

Telur diletakkan secara tunggal pada anak daun, berbentuk setengah bola (hemisphere), berukuran 0.7 mm, berwarna kekuningan hingga hijau-kebiruan. Masa inkubasi telur 2-3 hari.

Larva terdiri dari lima instar, dengan total masa perkembangan 28-30 hari. Pada saat masih muda, larva makan secara berkelompok pada anak daun. Banyaknya dapat mencapai 8 ekor atau lebih. Sementara larva yang berukuran besar makan secara sendiri-sendiri. Larva instar akhir dapat mencapai ukuran panjang 7 cm. Tubuh berwarna hijau dengan garis putih di bagian sisinya; pada bagian atasnya ada pita putih membujur sepanjang tubuh. Kepala berwarna hijau. Larva hanya memiliki dua pasang tungkai palsu, sehingga kalau berjalan seperti ulat jengkal. 

Secara umum larva memiliki dua pola pewarnaan pada tubuh, yaitu yang tubuh dan kepalanya berwarna hijau (Gambar 3, atas), satunya lagi yang tubuhnya berwarna gelap kecokelatan dengan kepala oranye (Gambar 3, bawah). Pada saat terjadi ledakan, ulat yang berwarna kecokelatan umumnya lebih banyak ditemukan. Variasi warna tubuh larva seperti itu juga dilaporkan terdapat di Guam dan Jepang.

Ulat flamboyan berwarna cerah

Ulat flamboyan berwarna gelap
Gambar 3. Dua pola pewarnaan pada ulat Pericyma cruegeri: kehijauan (atas) dan kecokelatan (bawah) (Foto: Idham S Harahap)

Ulat flamboyan berkepompong di dalam kokon yang terbuat dari kumpulan anak daun yang dijalin dengan benang sutera. Pupa banyak pula ditemukan pada batang pohon yang terserang, rerumputan dan tumbuhan liar lainnya di sekitar flamboyan. Setelah 10 hari, dari pupa muncul ngengat berwarna gelap dengan rentang sayap sekitar 40 mm. Dengan demikian, keseluruhan siklus hidup P. cruegeri sekitar 40 hari.

Tumbuhan inang

Pada saat studi dilakukan (1994), ulat P. cruegeri hanya ditemukan menyerang flamboyan, walaupun di sekitarnya ada tumbuh pohon legum lainnya. Di Guam dilaporkan ulat P. cruegeri menyerang lamtoro mini  (Desmanthus virgatus) dan soga (Peltophorum pterocarpum). Sementara di Papua Nugini, ulat ini menyerang daun yang masih muda dari tengguli (Cassia fistula) dan lamtorogung (Leucaena leucocephala).

Musuh alami 

Kedatangan ulat P. cruegeri di Indonesia tampaknya sudah "ditunggu" oleh para musuh alami generalis. Di Bogor musuh alami yang ditemukan meliputi parasitoid telur Telenomus sp. nr remus Nixon (Scelionidae), ektoparasitoid Euplectrus leucostomus Rohwer (Eulophidae), endoparasitoid Pediobius elasmi (Ashmead) (Eulophidae), parasitoid larva-pupa Drino sloennis (Walker) (Tachinidae), dan parasitoid pupa Brachymeria lasus (Walker) (Chalcididae). Pada pohon yang terserang berat, banyak pula dijumpai ulat flamboyan yang mati menggantung, mirip gejala terserang virus. Selain itu, kepik Eocanthecona furcellata (Wolff) (Pentatomidae) sempat teramati memangsa ulat flamboyan.

Kini, tiada lagi terdengar flamboyan berguguran di musim penghujan, tidak pula mahasiswi pingsan. Tampaknya beragamnya musuh alami telah mampu meredam serangan ulat P. cruegeri. Itulah salah satu bentuk jasa ekosistem (ecosystem service) yang disediakan oleh alam. 

Referensi

Beardsley Jr JW. 1979. New immigrant insects in Hawaii: 1962 through 1976. Proceeding Hawaiian Entomological Society XIII(1): 35-44.

Ekka RK, Shaw SS, Meshram Y, Swamy SL. 2020. Outbreak of poinciana looper moth, Pericyma cruegeri (Butler) (Lepidoptera: Erebidae) in Korba district of Chhattisgarh. J Pharmac Phytochem 9(4): 704-709.

Muniappan R. 1974. Biology of the poinciana looper, Pericyma cruegeri (Butler) in Guam. Micronesica 10(2): 273-278.

Ooi PAC. 1996. Biology and natural enemies of the poincinia looper, Pericyma cruegeri, in Indonesia and neighboring countries. 27th Anniversary and Annual Scientific Meeting of the Pest Management Council of the Philippines. Davao City (Philippines, 7-19 May 1996.

Szent-Ivany JJH. 1959. Host plant and distribution records of some insects in New Guinea. Pacific Insects 1(4): 423-429.

Tanahara I, Tanahara M. 2001. Outbreak of  Pericyma cruegeri (Butler) (Noctuidae, Catocalina) in Okinawa Island in the year 2000. Japan Heterocerists' J 2016: 311-312.

Yoshimatsu S-I, Matsumoto K, Irianto RSB. 1995. Pericyma cruegeri (Butler) (Noctuidae) as a pest of Delonix regia Rafin (Leguminosae) in Indonesia, with descriptions of immature stages. Japan Heterocerists' J 186: 170-171.

***
Artikel ini merupakan daur ulang dari tulisan berjudul "Flamboyan Berguguran Berjatuhan Berserakan, Beringin pun Demikian", yang diterbitkan pada Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan (Buletin HPT) Volume 7 No. 1 Tahun 1994. Versi blog ini dilengkapi foto berwarna ledakan ulat flamboyan di Kampus IPB Darmaga serta informasi terkini persebaran ulat P. cruegeri.
***

Untuk keperluan sitasi, silakan tulis:

Rauf A, Hindayana D, Winasa IW, Harahap IS. 2022. Kala Ulat Pericyma Berulah, Flamboyan Berguguran Berjatuhan Berserakan. https://www.serbaserbihama.com/2022/06/ulat-pericyma-menyerang-flamboyan.html. Diakses tanggal (sebutkan).

2 comments:

Ito Fernando said...

Baru saja saya melihat sebuah video "Invasi Ulat pada Flamboyan di Kulon Progo" di instagram.
https://www.instagram.com/reel/C3ZjBq9vcQR/?utm_source=ig_web_copy_link

Seketika langsung teringat tulisan Bapak terkait ulat Pericyma cruegeri. Saya pun baru mengetahui tentang ulat tersebut ketika membaca tulisan ini.

Terima kasih. Sehat selalu Prof.

Sang Pengamat Hama said...

Terima kasih mas Ito atas info dan link-nya. Benar ulat Pericyma cruegeri, dan serangannya persis seperti yang terjadi di Kampus IPB Darmaga 30-an tahun lalu.

Salam sehat kembali.