Wednesday, September 21, 2022

Kutu Putih Singkong, Phenacoccus manihoti, Datang Tak Diundang


Oleh: Aunu Rauf

Penemuan dan identifikasi

Penemuan kutu putih singkong (Phenacoccus manihoti) pertama kali di Bogor bermula dari rasa heran seorang mahasiswa.

Putri (bukan nama sebenarnya) pada semester genap (2009/2010) itu sedang mengerjakan penelitian kutu putih pepaya (Paracoccus marginatus). Hama ini sangat polifag. Ia memeliharanya pada bibit singkong, lantaran murah dan praktis. 

Ia paham betul, bahwa menjelang ganti kulit menjadi instar-3,  nimfa instar-2 P. marginatus bakal jantan warnanya berubah menjadi merah jambu. Sementara, seluruh instar nimfa bakal betina tetap berwarna putih kekuningan.

Beberapa bulan kemudian, Putri menyaksikan banyaknya kutu putih berwarna merah jambu pada bibit singkong yang dipeliharanya.  Lumrah kalau ia merasa heran. Ia pun memutuskan untuk berkonsultasi.

Siang itu, 29 Juli 2010, setelah mengetuk pintu, ia datang menghadap. "Pak, kutu putih yang dipelihara pada tanaman singkong sepertinya hampir seluruhnya jantan", begitu ujarnya.

Saya patut menaruh ragu. Biasanya sebaliknya, kutu betina jauh lebih banyak daripada jantan. Saya pun lantas memeriksanya di bawah mikroskop. Benar saja, tampak seluruh instar nimfa maupun imago berwarna merah jambu. 

"Apakah ada kutu putih jenis baru yang datang lagi di Bogor, mengikuti pendahulunya Paracoccus marginatus ?", demikian pertanyaan yang terbersit di benak saya. Saya menduganya Phenacoccus manihoti, berdasarkan hasil penelusuran di internet.

Selasa, 17 Agustus 2010, dengan kamera digital, saya lalu mengambil foto koloni kutu merah jambu tadi (Gambar 1). Hasil jepretan langsung saya kirim melalui email kepada Dr. Gillian Watson, pakar taksonomi kutu putih dari Plant Pest Diagnostic Center, California Department of Food and Agriculture

Koloni kutu putih singkong
Gambar 1. Tangkai daun singkong dipenuhi kutu berwarna merah jambu (Foto: Aunu Rauf)

Seperti lazimnya selama ini, email tadi saya cc-kan kepada Dr. R Muniappan (Director of IPM CRSP), Dr. M Hammig, Dr. M Shepard, dan Dr. G Carner (ketiganya dari Clemson University). Tiga nama terakhir ini sudah sejak tahun 1996 berkolaborasi dengan peneliti IPB.

Tidak perlu waktu lama, malam itu juga datang jawaban dari Dr. G Watson.  

"...Your photo certainly looks like P. manihoti or something close to it. I'am attaching a photo of P. manihoti on cassava in Thailand. I am very sorry that you may have this pest, but not really surprised as it is already established in Thailand. Do send a sample to me for authoritative identification....", begitu tulisnya.

Singkat cerita, selang beberapa minggu setelah saya mengirim sampel kutu putih melalui Express Mail Service (EMS) di Kantor Pos Juanda, datang jawaban dari Dr. G Watson. Ia mengkonfirmasi kehadiran kutu putih singkong, Phenacoccus manihoti Matile-Ferrero (Hemiptera: Pseudococcidae), di Indonesia.

Kisah penyebaran lintas benua

Negeri asal P. manihoti adalah Paraguay dan Brazil (Amerika Latin). Penyebaran keluar daerah asalnya dimulai pada tahun 1973 (Gambar 2), tatkala hama ini pertama kali ditemukan di Zaire (sekarang Kongo).

Penyebaran kutu putih singkong
Gambar 2. Penyebaran kutu putih Phenacoccus manihoti lintas benua (data diambil dari berbagai sumber)

Menariknya, pada saat tiba di Kongo, kutu putih ini belum punya nama. Para peneliti pun kelabakan dibuatnya. Adalah Daniele Matile-Ferrero, pakar taksonomi serangga dari Perancis, yang pada tahun 1977 memberinya nama Phenacoccus manihoti untuk spesies baru tersebut. Ini dapat ditelusuri dari publikasinya yang berjudul "Une cochenille nouvele nuisible au manioc en Afrique equatoriale, Phenacoccus manihoti n. sp. (Homoptera, Coccoidea, Pseudococcidae)" pada jurnal Annls Soc. ent. Fr. (NS) 13: 145-152.

Menengok ke belakang, sejatinya kebun singkong di Asia pernah menikmati "bebas" dari gangguan hama. Namun, sejarah Afrika berulang di Asia. Tahun 2008 kutu P. manihoti dijumpai di Thailand. Tidak lama kemudian, hama merambah ke berbagai negeri di sekitarnya seperti Laos, Kamboja, dan Vietnam. Dua tahun kemudian (2010) menyeberang ke Indonesia. Penyebaran terus berlanjut. Terakhir, tahun 2020 di India. 

Perpindahan kutu putih P. manihoti dari satu belahan bumi ke belahan bumi lainnya diperkirakan karena terbawa stek tanaman singkong.

Tumbuhan inang

Kutu P. manihoti bersifat monofag, hanya menyerang singkong. Untuk perbanyakannya di laboratorium, para mahasiswa  bimbingan saya biasanya menggunakan bibit singkong yang ditumbuhkan pada cawan plastik berisi air keran (Gambar 3).

Pembiakan kutu putih singkong
Gambar 3. Perbanyakan kutu Phenacoccus manihoti pada bibit singkong di laboratorium (Foto: Aunu Rauf)

Siklus hidup

Kutu P. manihoti berkembang biak secara partenogenetik telitoki.  Seluruh keturunannya berjenis kelamin betina. Tidak ada jantan. Untuk mahluk jenis tertentu, keberadaan jantan tidak diperlukan. Siklus hidup dari sejak telur hingga menjadi imago berlangsung 21 hari.

Imago. Imago berwarna merah jambu (Gambar 4), berukuran panjang 1.25 mm dan lebar 0.63 mm. Imago dapat hidup selama 30 hari, dengan masa praoviposisi 5 hari, dan masa oviposisi 20 hari. Selama hidupnya, seekor imago betina mampu meletakkan telur sebanyak 500 butir.

Telur. Telur-telur diletakkan berhimpitan di dalam ovisak (ovisac) yang dibentuk pada bagian ujung abdomen imago betina (Gambar 4). Ovisak ini terbuat dari serabut lilin putih, dan berperan sebagai pelindung telur.

Imago kutu putih singkong
Gambar 4. Imago betina Phenacoccus manihoti dengan ovisak pada ujung abdomen (Foto: Aunu Rauf)

Jika serabut lilin diangkat, maka akan tampak butiran telur berbentuk lonjong, berwarna putih kekuningan (Gambar 5). Telur  berukuran panjang 0.33 mm dan lebar 0.18 mm. Masa inkubasi telur berlangsung 7-8 hari.

Butiran telur kutu putih singkong
Gambar 5. Butiran telur Phenacoccus manihoti setelah dipisahkan dari serabut lilinnya (Foto: Aries R Saputro)

Nimfa. Seperti halnya imago, nimfa P. manihoti berwarna merah jambu (Gambar 6). Nimfa terdiri dari tiga instar. Nimfa instar-1 berukuran 0.41 mm dan lebar 0.17 mm. Instar-2 panjang 0.60 mm dan lebar 0.26 mm, instar-3 panjang 0.86 mm dan lebar 0.39 mm. Nimfa instar-1 yang disebut crawler aktif bergerak, sedangkan instar-instar berikutnya bergerak lamban dan cenderung menetap.

Kumpulan imago dan nimfa kutu putih singkong
Gambar 6. Koloni Phenacoccus manihoti yang terdiri dari imago dan berbagai instar nimfa (Foto: Aunu Rauf)

Masa perkembangan nimfa instar-1, instar-2, dan instar-3, berturut-turut 4.6, 4.2, dan 4.5 hari.

Gejala serangan

Kutu P. manihoti lazimnya menyerang bagian pucuk. Kebun singkong yang terserang biasanya dicirikan oleh adanya gejala awal berupa pucuk yang menggumpal dan mengeriting (Gambar 7).  Dikenal dengan sebutan "bunchy top". 

 
Gejala awal serangan kutu putih singkong
Gambar 7. Gejala pucuk singkong yang terserang Phenacoccus manihoti (Foto: Aunu Rauf)

Bila serangan terhenti, misalnya lantaran datang musim hujan, pucuk tadi tumbuh lagi. Akan tetapi, ruas-ruas yang terbentuk mengalami deformasi. Ada yang memendek, ada pula yang bengkok (Gambar 8).

Gejala pada batang akibat serangan Phenacoccus manihoti
Gambar 8. Ruas batang yang mengalami deformasi akibat serangan Phenacoccus manihoti (Foto: Aunu Rauf)

Bahkan, pada saat blusukan di kebun singkong di Cimahpar, sewaktu mengantar tamu dari CIAT, saya pernah menjumpai gejala serangan berbentuk emoji ❤ (Gambar 9). Gejala serangan yang sangat kecil kemungkinannya akan pernah saya temukan lagi.

Batang yang mengalami salah bentuk akibat kutu putih singkong
Gambar 9. Gejala serangan berupa emoji ❤ oleh Phenacoccus manihoti (Foto: Aunu Rauf)

Dampak serangan

Serangan berat yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan gejala mati pucuk atau die-back (Gambar 10). Serangan yang demikian umumnya terjadi di penghujung musim kemarau, kala populasi kutu putih mencapai puncaknya.

Gejala mati pucuk akibat serangan kutu putih singkong
Gambar 10. Gejala mati pucuk akibat serangan Phenacoccus manihoti (Foto: Aunu Rauf)

Saya sempat menyaksikan kebun singkong berumur 3 bulan di Cikeas, seluas 0.2 ha, terserang berat oleh P. manihoti (Gambar 11). Seluruh pucuknya memutih, penuh dengan kutu. Petani pun ogah untuk merawat kebunnya lagi.


Kebun terserang berat kutu putih singkong
Gambar 11. Kebun singkong berumur tiga bulan terserang berat oleh Phenacoccus manihoti  (Foto: Aunu Rauf)

Akibatnya, 6 bulan berselang, tepatnya tanggal 23 Juli 2015, sewaktu saya mengunjungi lagi kebun yang sama, lantai kebun dipenuhi gulma. Pohon singkong tumbuh merana, batangnya kurus dan kering (Gambar 12). Pada kebun yang begitu, tiada lagi umbi yang layak dipanen.

Kebun yang tidak diurus lagi karena terserang berat kutu putih singkong
Gambar 12. Kondisi kebun singkong yang tidak terawat, akibat saat masih muda terserang berat oleh Phenacoccus manihoti  (Foto: Aunu Rauf)

Pada 24 Oktober 2014, bersama Budi Abduchalek (mahasiswa S2), saya berkesempatan mengunjungi beberapa daerah di Jawa Tengah. Di Gunung Kidul dan Wonogiri selama musim kemarau, sejauh mata memandang, lahan dalam keadaan bera. Yang tampak hanya kumpulan batang singkong teronggok di atas tanah, atau tergantung pada pohon nangka/randu, atau menyender pada pohon (Gambar 13). Batang-batang ini dipersiapkan sebagai stek/bibit untuk musim tanam berikutnya.

Batang singkong yang dipersiapkan untuk bibit
Gambar 13. Batang singkong yang disiapkan untuk stek bibit, menunggu datangnya musih hujan (Foto: Aunu Rauf)

Di daerah itu, tiada sejengkal pun terlihat kebun singkong. Muncul pertanyaan, pada kondisi bera seperti itu, dimanakah kutu P. manihoti bertahan hidup, sementara hama ini bersifat monofag. Jawabannya, pada tunas-tunas yang muncul dari buku. Saya sempat menyaksikan seluruh tunas memutih dihuni oleh koloni kutu P. manihoti (Gambar 14). Inilah yang kelak akan menjadi sumber serangan pada musim tanam berikutnya.

Tunas dipenuhi kutu putih singkong
Gambar 14. Tunas-tunas yang muncul dari buku tampak memutih dipenuhi oleh Phenacoccus manihoti selama musim bera (Foto: Aunu Rauf)

Pengelolaan

Pengendalian hayati. Musuh alami yang lazim dijumpai adalah Plesiochrysa ramburi Schneider (Neuroptera: Chrysopidae). Terutama menjelang akhir musim kemarau, saat populasi kutu putih tinggi. Kehadiran predator ini di pertanaman dapat dikenali dari telurnya yang bertangkai dan diletakkan berderet (Gambar 15A), larva yang diselimuti lilin putih (Gambar 15B), kokon putih dan bundar (Gambar 15C), atau imagonya yang berwarna hijau (Gambar 15D). 

Predator
Gambar 15. Predator Plesiochrysa ramburi: (A) Deretan telur bertangkai, (B) Larva, (C) Kokon, dan (D) Imago (Foto: Aunu Rauf)

Sesekali ditemukan juga predator jenis lain. Di antaranya Cryptolaemus montrouzieri Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) (Gambar 16A dan 16B) dan Spalgis epius (Westwood) (Lepidoptera: Lycaenidae) (Gambar 16C dan 16D). Yang terakhir ini sering disebut "apefly", lantaran bentuk pupanya menyerupai wajah monyet (Gambar 16D).

Predator
Gambar 16. Predator: (A) Larva dan (B) Imago Cryptolaemus montrouzieri (Foto: Eka Wahyuningsih);  (C) Larva dan (D) Pupa Spalgis epius (Foto: Aunu Rauf)

Larva ketiga jenis predator tadi memiliki kesamaan. Semuanya berkamoflase mirip mangsanya, permukaan tubuhnya diselimuti lilin. Bedanya, larva C. montrouzieri membuat lilin sendiri; sedangkan larva P. ramburi dan S. epius, lilinnya berasal dari kutu putih.

Musuh alami lainnya adalah parasitoid Anagyrus lopezi (De Santis) (Hymenoptera: Encyrtidae) (Gambar 17). Parasitoid ini sengaja didatangkan dari Thailand ke Indonesia pada tahun 2014 untuk mengendalikan kutu putih singkong. 

Parasitoid
Gambar 17. Parasitoid Anagyrus lopezi sedang menusukkan ovipositornya pada kutu putih singkong (Foto: Aunu Rauf)

Sejak kedatangan parasitoid A. lopezi, berbarengan dengan meningkatnya peran musuh alami lokal, kini serangan berat kutu P. manihoti sudah jarang terlihat di lapangan.

Pengendalian bercocok tanam. Dampak P. manihoti terhadap hasil panen tergantung pada umur tanaman, saat serangan terjadi. Serangan yang terjadi pada saat tanaman masih muda berakibat signifikan pada penurunan hasil panen. Sementara, tanaman yang berumur tua lebih toleran terhadap serangan P. manihotiOleh karena itu, perlu upaya pengaturan waktu tanam agar pada saat populasi kutu P. manihoti meningkat pada musim kemarau, tanaman singkong setidaknya sudah berumur 6-7 bulan.  Begitu pula, pemupukan yang tepat dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap serangan hama.

Referensi

Abduchalek B, Rauf A, Pudjianto. 2017. Kutu putih singkong, Phenacoccus manihoti Matile-Ferrero (Hemiptera: Pseudococcidae): Persebaran geografi di Pulau Jawa dan rintisan pengendalian hayati. JHPT Tropika 17(1): 1-8.

Cox JM, Williams DJ. 1981. An account of cassava mealybugs (Hemiptera: Pseudococcidae) with description of a new species. Bull ent Res 71: 247-258.

Joshi S, Pai SG, Deepthy KB, Ballal CR, Watson G. 2020. The cassava mealybug, Phenacoccus manihoti Matile-Ferrero (Hemiptera: Coccomorpha: Pseudococcidae) arrives in India. Zootaxa 4772(1): 191-194.

Matile-Ferrero D. 1978 . Cassava mealybug in the People's Republic of Congo. pp 29-46. In Nwanze K & Leuschner K (eds). Proceedings of the International Workshop on the Cassava Mealybug Phenacoccus manihoti Mat.-Ferr. (Pseudococcidae). Bas-Zaire, Zaire, June 26-29,1977.

Winotai A, Goergen G, Tamo M, Neuenschwander P. 2010. Cassava mealybug has reached Asia. Biocontrol News and Information 31: 10N-11N.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh mahasiswa bimbingan yang penelitiannya tentang kutu putih, khususnya yang tergabung dalam "anak singkong". Mereka adalah Nila Wardani (S3), Yani Maharani (S2), Rani Dessy Karyani (S2), Evi Adriani (S2), Budi Abduchalek (S2), Eka Wahyuningsih (S2), Juwita Suri Maharani (S2), Aries Rama Saputra (S1), Erci Eli Hayati (S1), Nopriawansyah (S3), Megawati (S2), Idho Dwianri (S1), Juliana Sani (S1), Safira Maulidina (S1), Khoirunnisa Nasution (S1), Nia Karmila Sari (S1), Silma Hafifah (S1), Nida Fauziah Rahmawati (S1), Muhammad Taufik Akbar (S1), Fajrin Ulpiah (S1), dan Zainal Fanani (S3). Hasil penelitian mereka telah mewarnai artikel ini. 

Untuk keperluan sitasi, silakan tulis:

Rauf A. 2022. Kutu putih singkong, Phenacoccus manihoti, datang tak diundang. https://www.serbaserbihama.com/2022/09/kutu-putih-singkong-phenacoccus-manihoti.html. Diakses tanggal (sebutkan).


No comments: