Sejak menginvasi Spanyol pada tahun 2006, hama tomat yang berasal dari Amerika Selatan ini kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai belahan bumi di Europa, Afrika, dan Asia. Terakhir, ia sudah sampai di Myanmar (2019) dan Taiwan (2020). Kehadirannya di Indonesia perlu diwaspadai.
Itulah yang melatarbelakangi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati (KTKHN), Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian menyelenggarakan pertemuan National Plant Protection Organization (NPPO) pada 16-17 Januari 2023 di Bogor.
Saya hadir sebagai nara sumber. Konten artikel/postingan ini saya kembangkan dari ppt yang disajikan pada pertemuan itu. Di dalamnya dipaparkan tentang kehidupan T. absoluta, riwayat dan proses invasi, serta antisipasi pengelolaannya.
Penulisan artikel ini memperoleh pengayaan materi dari diskusi yang berlangsung selama pertemuan, serta utamanya bahan presentasi yang disusun oleh Aprida Cristin SP, M.Si. dan Dwi Wahidati Oktarima SP, M.Si. dari Pusat KTKHN.
Keduanya menyajikan laporan tentang keikutsertaan dalam "Asean Training on Improved Coordination and Strengthened Capacity to Deal with the Invasive Insect Pest Phthorimaea (Tuta) absoluta in Mainland Southeast Asia", pada 5-16 Desember 2022 di World Vegetable Center, Taiwan.
Identitas
Hama yang termasuk famili Gelechiidae ini pernah mengalami beberapa kali ganti nama. Awalnya, mengusung nama Phthorimaea absoluta, yang disematkan oleh Meyrick pada tahun 1917, berdasarkan spesimen tunggal yang dikoleksi dari Peru.
Selanjutnya, Clarke (1962) mengalihkannya di bawah genus Gnorimoschema. Dua tahun setelah itu, Povolny (1964) memindahkannya ke genus Scrobipalpula.
Pada saat Povolny (1987) mendeskripsikan Scrobipalpuloides sebagai genus baru, ia menempatkan absoluta di bawah genus ini. Namun kemudian, Povolny (1994) mengalihkannya lagi dari genus Scrobipalpuloides ke genus Tuta.
Belakangan, Chang & Metz et al (2021) memulihkan nama Phthorimaea absoluta. Sejarah mencatat bahwa hama ini setidaknya menyandang lima nama sinonim.
Sementara ini, untuk keperluan praktis sehari-hari, saya menggunakan nama Tuta absoluta. Kata Tuta lebih mudah diucapkan oleh lidah kita, ketimbang Phthorimaea yang memiliki empat konsonan "phth" dan tiga vokal "aea" bergandengan.
Sudah tentu, pengucapannya akan lebih mudah lagi bila kita menggunakan nama umum (common name). Di negara berbahasa Inggris, nama umum T. absoluta adalah "tomato leafminer". Di Indonesia, kita dapat memberinya nama "pengorok daun tomat".
Deskripsi
Imago. Ngengat pengorok daun tomat berukuran panjang 6-7 mm. Tubuhnya ditutupi sisik berwarna abu keperakan. Antena panjang dan berbentuk filiform, dengan ruas-ruas berwarna putih dan hitam berselingan (Gambar 1). Terdapat bintik-bintik hitam pada sayap depan.
Gambar 1. Imago Tuta absoluta (Sumber: Adult by Marja van der Straten, NVWA Plant Protection Service, Bugwood.org. CC BY-NC 3.0) |
Telur. Telur berbentuk bulat panjang, berukuran 0.36 mm x 0.22 mm (Gambar 2). Telur yang baru diletakkan berwarna putih susu hingga kuning cerah. Selanjutnya berwarna gelap pada masa perkembangan embrio, dan berubah cokelat menjelang menetas.
Gambar 2. Telur Tuta absoluta (Sumber: Tuta eggs by J Arno. CC BY-NC-ND 4.0) |
Larva. Larva terdiri dari empat instar. Larva instar-1 yang baru keluar dari telur berwarna putih susu, lalu berubah menjadi oranye-kuning pucat. Larva instar-instar berikutnya berwarna kehijauan hingga merah muda pucat.
Menjelang ganti kulit, larva berhenti makan dan mengosongkan isi saluran pencernaannya. Ini menyebabkan warna tubuhnya kembali berubah menjadi putih susu.
Larva instar-4 berukuran 8 mm. Alih-alih berupa pelat penuh, seperti kebanyakan larva, perisai protoraksnya (prothorax shield) berupa ban (band) berwarna gelap/hitam (Gambar 3)
Gambar 3. Larva Tuta absoluta (Sumber: Larva by Marja van der Straten, NVWA Plant Protection Service, Bugwood.org. CC BY-NC 3.0) |
Pupa. Pupa yang baru terbentuk berwarna kehijauan, dan berubah menjadi cokelat gelap menjelang kemunculan imago (Gambar 4). Pupa jantan berukuran lebih kecil, panjang 4.27 mm dan lebar 1.23 mm. Sementara pupa betina berukuran panjang 4.67 mm dan lebar 1.37 mm.
Gambar 4. Pupa Tuta absoluta (Sumber: Tuta pupa by J Arno. CC BY-NC-ND 4.0) |
Siklus hidup
Imago bersifat nokturnal, dan pada siang hari bersembunyi di antara dedaunan. Imago betina hidup selama 10-15 hari. Induk meletakkan telur 2-3 hari setelah kemunculan dari pupa, dan dapat meletakkan telur sebanyak 250-300 butir.
Telur diletakkan secara tunggal atau gugus kecil, umumnya pada permukaan daun. Namun, telur juga dapat ditemukan pada batang, kuncup, bunga, dan buah yang masih hijau. Stadium telur berlangsung 4-6 hari.
Larva instar-1 dan instar-2 membuat liang korokan pada daun di antara lapisan epidermis atas dan bawah. Setelah itu, larva instar-3 atau instar-4 keluar dari korokan, dan selanjutnya menggerek ke dalam batang, kuncup dan buah. Stadium larva berlangsung 12-15 hari.
Di pertanaman, larva berkempompong dalam tanah, dalam liang korokan, atau pada lipatan daun. Sementara di tempat pengangkutan atau penyimpanan buah tomat, larva dapat berkepompong pada peti kemas atau kemasan lainnya. Masa perkembangan pupa 9-11 hari. Dengan demikian, siklus hidup keseluruhan T. absoluta berkisar 24-38 hari pada suhu 27℃.
Tumbuhan inang
Tumbuhan inang utama T. absoluta adalah tomat (Solanum lycopersicum L.). Tetapi, hama ini juga dapat menyerang tumbuhan lainnya dari famili Solanaceae seperti kentang (Solanum tuberosum L.), terong (Solanum melongena L.), cabai (Capsicum annuum L.), tembakau (Nicotiana tabacum L.), dan lainnya seperti leunca (Solanum nigrum L.).
Bahkan tumbuhan dari famili Fabaceae dapat diserangnya, seperti kacang tanah (Arachis hypogaea L.), kacang tunggak (Vigna unguiculata L.), dan buncis (Phaseolus vulgaris L.). Begitu pula tumbuhan famili Amaranthaceae, Convolvulaceae, dan Malvaceae.
Kerusakan dan kehilangan hasil
Hama T. absoluta menyerang tanaman tomat sejak dari pembibitan hingga pertanaman menjelang panen. Pada tomat serangan terjadi pada daun, kuncup, batang, bunga dan buah.
Pada daun, larva makan bagian jaringan mesofil dengan cara mengorok, dan meninggalkan jaringan epidermis bawah dan atas. Itulah sebabnya T. absoluta diberi nama pengorok daun tomat. Gejala korokannya berbentuk blobor (blotch) dan tidak beraturan. Pada keadaan serangan berat, daun-daun tomat tampak mengering seperti terbakar (Gambar 5).
Gambar 5. Gejala korokan pada daun tomat (Sumber: Tuta absoluta Tomato Leaf Loss by Metin Gulesci, Leaf Tobacco, Bugwood.org. CC BY-NC 3.0.) |
Serangan pada kuncup dan bunga dapat menyebabkan keduanya mengalami absisi, sehingga mengurangi banyaknya buah yang terbentuk.
Gerekan pada batang (Gambar 6) menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Bahkan, pada tanaman muda, gerekan pada batang dapat menyebabkan kematian tanaman.
Gambar 6. Gejala gerekan pada batang tomat (Sumber: Symptoms of the tomato leaf miner in stem, courtesy of CIP. CC BY 4.0) |
Larva T. absoluta dapat menyerang buah tomat dari berbagai ukuran dan fase perkembangan, baik yang masih muda maupun matang (Gambar 7 dan 8). Lebih parahnya lagi, lubang gerekan ini dapat menjadi tempat masuknya patogen sekunder penyebab penyakit busuk buah.
Gambar 7. Gejala gerekan pada buah tomat (Sumber: Tuta absoluta tomato loss by Metin Gulesci, Leaf Tobacco, Bugwood.org. CC BY-NC 3.0) |
Gambar 8. Larva Tuta absoluta di dalam buah tomat (Sumber: Larva by Marja van der Straten, NVWA Plant Protection Service, Bugwood.org. CC BY-NC 3.0) |
Di Amerika Latin, T. absoluta merupakan hama utama pada pertanaman tomat, baik di lapangan maupun di rumah kaca. Begitu pula di berbagai negara di Europa, Afrika, dan Asia yang baru diinvasinya.
Tanpa upaya pengendalian yang efektif, kehilangan hasil pada tomat akibat serangan T. absoluta dapat mencapai 80-100%.
Riwayat penyebaran
Tuta absoluta merupakan hama yang asalnya dari Peru. Antara tahun 1960-an hingga 1990-an, ia menyebar ke seluruh negara di Amerika Selatan.
Penyebarannya di luar Amerika Selatan berawal pada saat hama pengorok daun tomat ini pertama kali terdeteksi di Spanyol tahun 2006. Bukti genetik mengindikasikan bahwa hama ini datang dari Chile.
Memang, setahun sebelumnya, Spanyol mengimpor 23 ton tomat segar dari Chile. Dari Spanyol hama pengorok daun tomat ini kemudian menyebar ke berbagai negara di Europa, Afrika, dan Asia.
Di Europa, penyebarannya berlanjut ke Itali dan Perancis (2008), Albania, Bulgaria, Portugal, Belanda, dan Inggris (2009), selanjutnya Serbia (2011).
Di Afrika, penyebaran dimulai dari Maroko (2008), lanjut ke Aljazair, Tunisia, dan Libya (2009), lalu Senegal dan Sudan (2011), Etiopia dan Kenya (2013), Afrika Selatan (2017), dan Benin (2018).
Di Asia, Turki merupakan negara yang pertama kali melaporkan keberadaan T. absoluta pada 2009. Dari sini kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia Selatan dan Tengah, meliputi India (2014), Nepal, Bangladesh, Usbekistan, Tajikistan (2016), China dan Kyrgyzstan (2017), Pakistan (2018), Myanmar (2019), dan Taiwan (2020).
Keberadaan T. absoluta di Taiwan saya konfirmasi langsung via email kepada Dr. Srinivasan Ramasamy. Ia adalah peneliti dan entomologiwan pada World Vegetable Center, Taiwan.
Hingga kini, belum ada laporan keberadaan hama ini di Laos, Thailand, Kambodja, Vietnam, Malaysia, Filippina, dan Indonesia.
Invasi hama
Proses invasi hama ke suatu wilayah baru meliputi tiga tahapan: masuk (entry), menetap (establishment), dan menyebar (spread).
Potensi masuk
Tuta absoluta berpeluang masuk ke Indonesia setidaknya melalui tiga jalur.
Pertama, melalui buah tomat segar yang diimpor dari negara yang sudah diinvasi oleh T. absoluta. Negara produsen utama tomat (Turki, India, China) tercatat sebagai wilayah terserang.
Kedua, melalui peti kemas atau bentuk kemasan lainnya yang datang dari negara yang sudah diinvasi oleh T. absoluta. Pupa atau pun ngengat pengorok daun tomat dapat menempel pada peti/kemasan sayuran yang berasal dari wilayah terserang.
Ketiga, melalui bahan tanaman yang berasal dari negara yang sudah diinvasi oleh T. absoluta. Dalam kaitan ini, bibit tanaman hias dari famili Solanaceae berpeluang membawa telur, larva, atau pupa T. absoluta.
Potensi menetap
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan menetap dari suatu hama asing invasif di suatu negara adalah kesesuaian iklim. Berdasarkan prediksi model CLIMEX, potensi keberhasilan menetap dari T. absoluta secara global tampak pada wilayah yang berwarna merah (Gambar 9). Indonesia termasuk di dalamnya.
Gambar 9. Potensi keberhasilan menetap dari Tuta absoluta (Sumber: CLIMEX climatic suitability indices for T. absoluta in the world by Tonnang HEZ, Mohamed SF, Khamis F, Ekesi S, ICIPE, CIMMYT. CC BY 4.0) |
Faktor lainnya adalah ketersediaan tumbuhan inang. Tomat merupakan inang utama dari T. absoluta. Wilayah yang banyak membudidayakan tomat di Indonesia di antaranya adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Wilayah ini juga merupakan tempat budidaya tumbuhan inang lainnya seperti kentang, cabai, dan terong.
Potensi menyebar
Sekali hama T. absoluta masuk ke wilayah Indonesia, hama pengorok daun tomat ini dapat menyebar secara alami melalui penerbangan aktif atau melalui bantuan angin. Aktivitas perdagangan dan transportasi juga dapat membantu penyebaran hama T. absoluta, termasuk penyebaran antar pulau.
Fitosanitari dan survei deteksi
Upaya untuk mencegah atau setidaknya memperlambat masuknya T. absoluta ke wilayah Indonesia perlu dilakukan dengan menerapkan fitosanitari yang ketat. Buah tomat atau bahan tanaman yang berasal dari negara terinvasi pengorok daun tomat perlu dijamin bebas dari hama. Misalnya, tomat harus diproduksi di dalam fasilitas bebas hama, kiriman harus disertai sertifikat fitosanitari, dan sebagainya.
Pada saat yang bersamaan perlu dilakukan survei deteksi untuk mengetahui apakah hama pengorok daun tomat sudah ada atau belum di wilayah Indonesia. Survei deteksi dilakukan di daerah berisiko tinggi. Misalnya di sentra-sentra produksi tomat. Survei deteksi dilakukan dengan menggunakan perangkap feromon dan pengamatan langsung di lapangan.
Jika survei deteksi hasilnya positif, maka perlu dilanjutkan dengan survei batas serangan. Eradikasi mungkin dapat diterapkan bila serangan masih terbatas pada luasan yang sempit.
Peluang penerapan PHT
Walaupun T. absoluta belum ada di Indonesia, kita dapat belajar dari banyak negara yang telah lebih dulu diinvasi.
Pengendalian hayati. Di berbagai negara di Amerika Selatan, Europa, Afrika, dan Asia total dilaporkan terdapat sebanyak lebih dari 160 spesies musuh alami lokal yang berasosiasi dengan T. absoluta. Tidak heran, bila pendekatan pengendalian hayati yang dikembangkan lebih pada konservasi dan augmentasi musuh alami, ketimbang introduksi dari negara asal hama.
Di antara musuh alami yang paling efektif adalah kepik Nesidiocoris tenuis Reuter (Miridae), yang memangsa telur dan larva instar awal T. absoluta. Parasitoid Trichogramma spp juga dilaporkan efektif.
Cara bercocok tanam. Teknik bercocok tanam yang berkaitan dengan pengendalian T. absoluta meliputi pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Solanaceae, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan yang benar, serta pemusnahan sisa-sia tanaman dan buah terserang setelah panen.
Bioinsektisida. Di antara bioinsektisida yang efektif mengendalikan T. absoluta di pertanaman tomat adalah formulasi komersial berbasis Bacillus thuringiensis var. kurstaki (Btk). Entomopatogen seperti cendawa Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae, serta nematoda Steinernema dan Heterorhabditis memiliki prospek untuk digunakan. Begitu pula insektisida botani seperti mimba (azadirachtin).
Pengendalian kimiawi. Pada awal kedatangan hama T. absoluta, petani-petani di negara yang diinvasi umumnya bergantung pada insektisida untuk pengendaliannya. Namun, hasilnya sering tidak memuaskan. Ini karena T. absoluta hidup dalam jaringan tanaman, dan potensi reproduksinya tinggi.
Lebih dari itu, T. absoluta dilaporkan telah resisten terhadap insektisida organofosfat, piretroid, abamektin, kartap, dan spinosad. Di Itali, kurang dari 5 tahun sejak kedatangannya, T. absoluta memperlihatkan tingkat resistensi lebih dari 1000 x lipat terhadap klorantraniliprol dan flubendiamida, serta resistensi silang terhadap keduanya.
Penggunaan insektisida juga berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, serta terhadap kehidupan musuh alami hama dan serangga polinator.
Dengan demikian, PHT yang mengutamakan taktik pengendalian non-kimiawi merupakan pilihan yang perlu dikedepankan.
***
Terima kasih telah mampir dan meluangkan waktu membaca artikel ini. Bukan tak mungkin, Anda nanti tercatat dalam sejarah sebagai seorang yang pertama kali melaporkan keberadaan Tuta absoluta di Indonesia. Atau setidaknya di wilayah domisili Anda.
Biondi A, Guedes RNC, Wan FH, Desneux N. 2017. Ecology, Worldwide Spread, and Management of The Invasive South American Tomato Pinworm, Tuta absoluta: Past, Present and Future. Annu Rev Entomol 63: 239-258. doi: 10.1146/annurev-ento-031616-034933.
Campos MR, Biondi A, Adiga A, Guedes RNC, Desneux N. 2017. From the Western Paleartic region to beyond: Tuta absoluta 10 years after invading Europe. Journal of Pest Science 90: 787-796. https://doi.org/10.1007/s10340-017-0867-7.
Chang PEC, Metz MA. 2021. Classification of Tuta absoluta (Meyrick, 1917) (Lepidoptera: Gelechiidae: Gelechiinae: Gnorimoschemini) based on cladistic analysis of morphology. Proc Entomol Soc Wash 123(1): 41-54. https://doi.org/10.4289/0013-8797.123.1.41.
Godfrey K, Zalom F, Chiu J. 2018. Tuta absoluta, the South American leafminer. ANR Publication 8589: 1-7. DOI: 10.3733/ucanr.8589
Guimapi RA, Srinivasan R, Tonnang HE, Sotelo-Cardona P, Mohamed SA. 2020. Exploring the Mechanisms of the Spatiotemporal Invasion of Tuta absoluta in Asia. Agriculture 10, 124; doi:10.3390/agriculture10040124
Mujica N, Carhuapoma P, Kroschel J. 2022. Tomato leafminer, Tuta absoluta (Meyrick, 1917). In: Kroschel J, Mujica N, Carhuapoma P, Sporleder M. (eds.). 2016. Pest Distribution and Risk Atlas for Africa. Potential global and regional distribution and abundance of agricultural and horticultural pests and associated biocontrol agents under current and future climates. Lima (Peru).
Rwomushana I, Beale T, Chipabika G, Day R, Gonzalez-Moreno P, Lamontagne-Godwin J, Makale F, Pratt C, Tambo J. 2019. Evidence Note. Tomato leafminer (Tuta absoluta): impacts and coping strategies for Africa. CABI Working Paper 12, 56pp. DOI: https://dx.doi.org/10.1079/CABICOMM-62-8100.
Tonnang HEZ, Mohamed SF, Khamis F, Ekesi S. 2015. Identification and Risk Assessment for Worldwide Invasion and Spread of Tuta absoluta with a Focus on Sub-Saharan Africa: Implications for Phytosanitary Measures and Management. PLoS ONE 10: e0135283. doi:10.1371/journal.pone.0135283.
Rauf A. 2023. Mewaspadai Invasi Tuta absoluta ke Kebun Tomat Kita. https://www.serbaserbihama.com/2023/01/ulat-pengorok-daun-tomat-tuta-absoluta.html. Diakses tanggal (sebutkan).
8 comments:
Terimakasih untuk setiap ilmunya Prof....sangat bermanfaat bagi kami🙏🙏
Terima kasih atas apresiasinya.
terima kasih banyak prof, ilmu dalam tulisannya sungguh membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama saat pertama kali membaca
Terima kasih sudah mampir di blog ini, dan terima kasih atas apresiasinya.
Terima kasih ulasannya Prof. sangat bermanfaat bagi kami yang bekerja di industri perlindungan tanaman untuk juga mewaspadai hal ini, karena di negara lain di ASEAN juga sudah masuk dan menjadi masalah baru.
Terima kasih Mas Bowo sudah mampir di blog ini, dan terima kasih atas apresiasinya.
Trmksh Pak infox. Yg Sempat kami amati tahun lalu pada tanaman tomat dataran tinggi di Sulteng msh ditemukan pengorok daun yg didominasi oleh L.sativae.
Sepertinya cepat atau lambat akan tiba juga di Indonesia. Perlu terus diwaspadai.
Post a Comment