Monday, April 10, 2023

Serangga dalam Al-Qur'an

Lebah, semut, belalang, kutu, rayap, lalat, nyamuk, dan laba-laba, itulah yang disebutkan di dalam Al-Qur'an. 

Bermula dari ngabuburit. Sambil menunggu beduk maghrib, meski saat itu jarum jam masih menunjukkan pk 16-an, saya mengisi waktu dengan membuka-buka jurnal lawas yang teronggok di atas meja di sudut salah satu kamar. Beberapa tampak berdebu.

Pada buletin American Entomologist edisi musim panas 1994, saya menjumpai artikel berjudul "Insects of the Qur'an". Penulisnya Olfat S El-Mallakh dan Rif S El-Mallakh. Keduanya memiliki nama akhir yang sama. Saya tak tahu persis, apakah mereka itu suami-istri atau kakak-beradik.

Yang pasti, nama pertama adalah dosen agama pada Illinois Benedictine College di Lisle, Illinois. Sementara, nama kedua adalah psikiater pada University of Lousville School of Medicine, Kentucky.

Pertanyaan menyeruak dalam benak saya, adakah informasi tentang serangga dalam Al-Qur'an tersedia dalam kepustakaan berbahasa Indonesia ?.

Untuk mendapatkan jawabannya, saya lantas memasukkan kata "serangga" dan "Al-Qur'an" bersamaan ke dalam kotak pencarian Google. 

Dari belasan publikasi yang muncul, yang menarik perhatian saya adalah buku berjudul "Serangga dalam Al-Qur'an: Aplikasi Teori Penafsiran Muhammad Abid Al-Jabiri". Diterbitkan tahun 2019 oleh Pustaka Diniyah. Penulisnya Asep Supriyanto.

Segera saya mencari tahu di Tokopedia. Harganya berkisar dari yang terendah Rp. 98.000 hingga yang tertinggi Rp. 166.500. Lewat fasilitas chat yang tersedia di Tokopedia, saya mengontak lapak penjual buku dengan harga termurah.

"Stok buku masih tersedia ..?", tanya saya.

"Bukunya PO 2-3 hari kerja kak... Jadi, dikirim 2-3 hari kerja setelah dipesan ya kak...", begitu jawab si penjual. Saya paham, PO itu singkatan dari purchase order.

"Bukunya ngga diproduksi kalau blm dipesan kak... modelnya print on demand...", ia menambahkan.

Setelah saya mentransfer ongkos cetak dan kirim dengan gopay, empat hari berselang, buku yang dipesan tiba.

Ayat al-qur'an tentang serangga
Sampul depan buku "Serangga dalam Al-Qur'an"

Berikut ulasan saya terhadap isi buku setebal 91 halaman ini. Istilah populernya resensi buku atau bedah buku.

*** 

Sebagaimana dituliskan dalam Kata Pengantar-nya, buku ini diturunkan dari tesis S2 penulisnya di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 

Bab 1 berisi pendahuluan tentang latar belakang mengapa Asep Supriyanto menulis buku ini.  Alasannya, serangga merupakan hewan yang paling banyak spesiesnya di muka bumi. 

Ia juga terilhami oleh adanya serangan wereng cokelat pada persawahan di Jawa Tengah kala itu. Tak lupa ia menyinggung tentang pentingnya serangga bagi kehidupan manusia. Bahkan, ia menyisipkan kata-kata bijak "serangga tidak pantas untuk dimusnahkan".

Pada Bab 2, sesuai dengan judul buku, penulis menceritakan bahwa Muhammad Abid Al-Jabiri adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Maroko, sekaligus agamawan, politisi, intelektual, dan filosof. 

Al-Jabiri berpendapat bahwa kisah yang terdapat di dalam Al-Qur'an itu tidak dimaksudkan untuk penuturan sejarah, melainkan untuk diambil hikmahnya.

Bab 3 merupakan bagian yang paling penting dari buku. Isinya menyajikan ayat-ayat yang bermuatan serangga. Semuanya ada 11 ayat. Berikut, saya kutipkan seutuhnya.

Lebah (An-Nahl: ayat 68-69).

Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia (ayat 68). Kemudian makanlah dari tiap buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan". Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir (ayat 69). 

Semut (An-Naml: ayat 18-19).

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari (ayat 18). Maka ia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena perkataan semut itu. Dan ia berdoa: Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh (ayat 19).

Rayap (Saba: ayat 14).

Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.

Laron (Al-Qori'ah: ayat 4).

Pada hari itu manusia bagaikan laron-laron yang bertebaran.

Kutu dan belalang (Al-A'raf: ayat 133).

Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

Laba-laba (Al-Ankabut: ayat 41).

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.

Nyamuk (Al-Baqarah: ayat 26).

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan ?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.

Lalat (Al-Hajj: ayat 73).

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah yang disembah.

Belalang (Al-Qomar: ayat 7).

Sambil menundukan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.

Bab 4 berisi penafsiran ayat-ayat tentang serangga dalam Al-Qur'an. 

Misalnya, berdasarkan kaidah bahasa Arab, lebah, semut, laba-laba, dan nyamuk yang tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur'an itu adalah dari jenis kelamin betina. Mengapa Tuhan menggunakan serangga berjenis kelamin betina dalam ayat tersebut ?.

Dari segi gaya bahasa, ayat tentang laron dan belalang menggunakan gaya perumpamaan. Ini menggambarkan keadaan manusia pada hari kiamat kelak. 

Bab 5 membahas relevansi ayat-ayat Al-Qur'an tentang serangga dengan kehidupan manusia kini. 

Metamorfosis pada serangga menawarkan relevansi pentingnya manusia melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Pembagian kasta pada lebah, rayap, dan semut menawarkan relevansi kehidupan sosial (gotong-royong) dan politik (pemerintahan).

Serangga perombak bahan organik dan agens hayati menawarkan relevansi ekologi, yaitu pentingnya keseimbangan alam dan konservasi. 

Bab 6 merupakan bab penutup. Pemilihan kata didalam Al-Qur'an mempunyai nilai filosofis yang tinggi. Misalnya, ketika Al-Quran menyebutkan lebah, ini mengandung pesan bahwa seorang mukmin itu seperti lebah madu. Makan yang baik-baik dan mengeluarkan yang baik-baik pula.

***

Saya sangat mengapresiasi upaya Sdr Asep Supriyanto menulis buku tentang serangga dalam Al-Qur'an, meski ceruk pembacanya sempit. Namun, itu telah disiasati oleh penerbitnya dengan "print on demand".

Sebagai entomologiwan, seusai membaca buku ini, saya mendapatkan pencerahan tentang makna di balik ayat-ayat tentang serangga yang terdapat di dalam Al-Qur'an.

Kalaupun ada kekurangtepatan yang terkait dengan serangga, saya dapat memakluminya. Ia bukan entomologiwan. 

Misalnya, kata "jarooda" pada Al-Qomar ayat 7 dan Al-Araf ayat 133 akan lebih tepat dimaknai sebagai belalang kembara (locust), bukan belalang biasa (grasshopper). Di antara keduanya terdapat perbedaan biologi dan perilaku. 

Sangat boleh jadi, kata "jarooda" ini merujuk pada Schistocerca gregaria (Forskal), jenis belalang kembara yang sejak dahulu kala sering meledak populasinya di Jazirah Arab.

Sampul depan buku tampaknya lebih sesuai dihiasi foto lebah dan semut, ketimbang lebah dan jangkrik. Alasannya sederhana, lebah (An-Nahl) dan semut (An-Naml) merupakan nama surah di dalam Al-Qur'an.

Meski begitu, bagi para entomologiwan, buku ini layak untuk dibaca dan diresapi makna yang terkandung di dalamnya. 


Bogor, 19 Ramadhan 1444 H.

Aunu Rauf



No comments: