Setidaknya ada 19 spesies capung jarum (Zygoptera) yang menghuni habitat lahan basah di Bogor. Dua diantaranya, Vestalis luctuosa dan Rhinocypha heterostigma, berstatus hampir terancam punah.
Barangkali tak terlalu keliru jika dikatakan bahwa studi capung di Indonesia bermula sejak Dr. Maurits Anne Lieftinck pertama kali menginjakkan kakinya di Jawa pada September tahun 1929.
Kala itu, ia datang untuk bekerja sebagai entomologiwan pada Museum Zoologi Bogor, yang pada awal pendiriannya bernama Landbouw Zoologisch Laboratorium. Selama tinggal di Buitenzorg (Bogor), ia mengisi sebagian waktunya dengan menjelajahi berbagai pelosok di Jawa dan pulau-pulau lainnya. Sudah tentu, untuk mengoleksi capung. Serangga kegemarannya.
Lima tahun berselang (1934), ia menulis artikel berjudul "An annotated list of the Odonata of Java, with notes on their distribution, habits and life history". "Di Jawa didapati 142 spesies capung, yang terdiri atas 52 spesies capung jarum (Zygoptera) dan 90 spesies capung biasa (Anisoptera)", begitu tulisnya.
Tapi, itu dulu. Hampir satu abad yang lalu, sewaktu hutan primer masih banyak menyelimuti Jawa.
Penebangan hutan, alih fungsi lahan, dan pencemaran air, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan, telah mengubah wajah ekologi Jawa. Dan, itu semua sudah tentu memengaruhi kehidupan capung.
Tak heran, bila Dr. Albert G Orr, pakar capung dari Griffith University-Australia, mewanti-wanti perlunya pendataan ulang capung di Jawa. Atau, dengan kata lain perlunya napak tilas.
Sejatinya, upaya napak telah dirintis oleh tim dari The Indonesia Dragonfly Society (IDS) selama kurun waktu 2010-2014. Mereka mendapati 88 spesies capung di seluruh Jawa. Berkurang banyak dari yang pernah dilaporkan oleh Lieftinck 90 tahun yang lalu. Patut diduga, sebagian ada yang sudah punah.
Napak tilas di Bogor
Lokasi di Bogor yang tempo dulu (awal 1930-an) dijelajahi oleh Lieftinck meliputi Jasinga, Cisarua, Gunung Salak, Gunung Bunder, Mega Mendung, Gunung Gede, Cibodas, Gunung Pancar, Leuwiliang, Ciampea, Cigombong, Cileungsi, Talaga Saat, Puncak, dan masih banyak lainnya.
Oleh karena itu, dalam upaya menapaktilasi jejak Lieftinck di Bogor, AS (penulis pertama) blusukan ke berbagai habitat lahan basah di Bogor. Sebut saja situ, sungai, curug, dan persawahan.
Situ. Situ Gede (168 m dpl), Situ Citatah (107 m dpl), Situ Taman Sari (548 m dpl), Situ Paranje (566 m dpl), dan Talaga Saat (Gambar 1) (1431 m dpl).
Gambar 1. Talaga Saat (Foto: Agus Suroto) |
Sungai. Sungai Cisadane ruas Ciseeng (Gambar 2) (47 m dpl), Sungai Ciapus ruas Kampus IPB Darmaga (140 m dpl), Sungai Ciliwung ruas Bogor Tengah (211 m dpl), dan Sungai Cisarua (1007 m dpl).
Gambar 2. Sungai Cisadane (Foto: Agus Suroto) |
Curug. Curug Love (731 m dpl), Curug Cikaracak (709 m dpl), dan Curug Ciputri (768 m dpl). Sebagai tambahan, Curug Cikaso (Gambar 3) di Sukabumi juga dikunjungi.
Gambar 3. Curug Cikaso (Foto: Agus Suroto) |
Sawah. Persawahan di Ciomas (Gambar 4) (186 m dpl), Cigombong (519 m dpl), dan Ciampea (794 m dpl).
Gambar 4. Sawah di Ciomas (Foto: Agus Suroto) |
Saat napak tilas itu, AS menyusuri tepian situ dan sungai sembari menenteng kamera, jaring serangga, dan buku notes untuk mencatat perilaku capung. Kerap ia harus mengendap-ngendap di atas tanah berlumpur, demi untuk memotret capung sasarannya. Terkadang, naas, capung yang ditemukan hanya satu-satunya itu kabur sebelum berhasil diambil fotonya. Menghilang tanpa jejak, dan tak pernah kembali.
Status konservasi
Untuk keperluan konservasi, International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mengeluarkan apa yang dikenal dengan sebutan IUCN Red List of Threatened Species. Ini adalah Daftar Merah Spesies yang Terancam Punah secara global. Ada sembilan kategori status konservasi spesies.
- Extinct, EX (Punah). Berlaku untuk spesies yang diketahui tidak ada lagi individu yang masih hidup.
- Extinct in The Wild, EW (Punah di Alam Liar). Berlaku untuk spesies yang keberadaanya hanya dijumpai di penangkaran atau di luar kisaran habitat alaminya.
- Critically Endangered, CR (Sangat Terancam). Berlaku untuk spesies yang keberadaanya di alam liar berisiko punah dalam waktu dekat.
- Endangered, EN (Terancam). Berlaku untuk spesies yang keberadaannya di alam liar sedang menghadapi risiko kepunahan dalam waktu dekat.
- Vulnerable, VU (Rentan). Berlaku untuk spesies yang keberadaanya di alam liar menghadapi risiko kepunahan di waktu yang akan datang.
- Near Threatened, NT (Hampir Terancam). Berlaku untuk spesies yang kemungkinan terancam punah di waktu yang akan datang.
- Least Concern, LC (Risiko Rendah). Berlaku untuk spesies yang telah dievaluai, tetapi tidak masuk dalam kategori manapun.
- Data Deficient, DD (Data Kurang). Berlaku untuk spesies yang informasinya tidak cukup untuk bisa menentukan risiko kepunahannya.
- Not Evaluated, NE (Belum Dievaluasi). Berlaku untuk spesies yang belum dilakukan evaluasi terhadap kriteria di atas.
Kekayaan spesies
Berikut ini 19 spesies capung jarum yang dijumpai di berbagai situ, curug, sungai, dan sawah di Bogor. Seluruh foto, kecuali dua spesies, merupakan hasil jepretan sendiri. Atribusi diberikan untuk foto dari sumber lain. Identifikasi menggunakan buku panduan lapangan seperti disajikan pada Referensi.
Calopterygidae
Vestalis luctuosa (Burmeister)
Deskripsi. Capung jantan berwarna biru metalik (Gambar 5a), sedangkan betina hijau metalik (Gambar 5b).
Gambar 5a. Vestalis luctuosa ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Gambar 5b. Vestalis luctuosa ♀ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di tepian sungai yang bening dan ditumbuhi rerumputan di daerah hutan; terdapat di dataran rendah hingga ketinggian 2000 m dpl.
Persebaran. Indonesia
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Sumatera bagian selatan.
Temuan survei di Bogor. Sungai Cisarua (349 ekor), Sungai Ciliwung (3 ekor), Curug Cikaracak (92 ekor), Curug Love (75 ekor), dan Curug Ciputri (22 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Hampir Terancam Punah.
Chlorocyphidae
Libellago lineata (Burmeister)
Deskripsi. Capung jantan memiliki toraks dengan pola kuning pucat dan hitam bergantian. Abdomen berwarna kuning keemasan, kecuali ruas-ruas bagian belakang berwarna hitam (Gambar 6). Sayap hyalin, kecuali ujung sayap depan berwarna gelap.
Gambat 6. Libellago lineata ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di sungai dengan aliran air yang pelan hingga deras di hutan. Capung biasanya hinggap pada vegetasi rendah, bebatuan atau kayu yang sebagian permukaannya terendam.
Persebaran. India, Nepal, Myanmar, Indonesia, Taiwan, China bagian selatan, Laos, Thailand, Vietnam.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan
Temuan survei di Bogor. Sungai Cisadane (40 ekor), Sungai Ciapus (144 ekor)
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Heliocypha fenestrata (Burmeister)
Deskripsi. Capung jantan memiliki warna dasar hitam (Gambar 7); sintoraks berwarna hitam dengan pola garis-garis biru di samping dan merah muda di bagian atas; sayap berwarna hitam, bagian depan cokelat transparan.
Gambar 7. Heliocypha fenestrata ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di sungai atau aliran air yang teduh di hutan; tedapat hingga ketinggian 1000 m dpl; juga di daerah pertanian. Capung biasanya hinggap pada permukaan daun, ranting, atau bebatuan.
Persebaran. Indonesia.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali.
Temuan survei di Bogor. Sungai Ciapus (266 ekor), Sungai Cisadane (28 ekor), Sungai Ciliwung (19 ekor), Curug Cikaracak (18 ekor), Curug Love (17 ekor), Curug Ciputri (5 ekor), sawah Cigombong (11 ekor), sawah Ciomas (5 ekor), sawah Ciampea (2 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Rhinocypa heterostigma Rambur
Deskripsi. Capung jantan memiliki warna dasar hitam dengan bercak biru metalik pada sayap dan garis kuning pada sintoraks (Gambar 8).
Gambar 8. Rhinocypha heterostigma ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di sungai, anak sungai, mata air yang bersih, jernih, dingin, di hutan alami pada ketinggian 600-1600 m dpl.
Persebaran. Indonesia
Keberadaan di Indonesia. Jawa
Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (3 ekor), Curug Love (3 ekor), Sungai Cisarua (1 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Hampir Terancam Punah.
Coenagrionidae
Agriocnemis femina (Brauer)
Deskripsi. Capung jantan memiliki toraks berwarna hijau dengan garis-garis hitam di bagian samping dan atas (Gambar 9a); abdomen berwarna hijau di sisi bawah dan hitam di sisi atas, ujungnya berwarna merah jingga. Betina memiliki sintoraks berwarna hijau dengan garis hitam di sisi atas (Gambar 9b), abdomen hijau kekuningan di sisi bawah dan hitam di sisi atas, ujungnya berwarna oranye.
Gambar 9a. Agriocnemis femina ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Gambar 9b. Agriocnemis femina ♀ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Umum hidup di sungai yang aliran airnya pelan, kolam, rawa yang dangkal, sawah; dari dataran rendah hingga ketinggian 1600 m dpl; toleran terhadap perairan yang kotor.
Persebaran. Tersebar luas dari India hingga ke China, Jepang, Australia dan Kepulauan Pasifik.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.
Temuan survei di Bogor. Talaga Saat (46 ekor), Situ Cibinong (23 ekor), Situ Paranje (13 ekor), Situ Gede (12 ekor), sawah Ciomas (32 ekor), sawah Ciampea (31 ekor), sawah Cigombong (10 ekor), Sungai Ciliwung (3 ekor), Sungai Cisadane (2 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Agriocnemis minima Selys
Deskripsi. Capung betina muda memiliki tubuh berwarna kuning-oranye dengan mata majemuk berwarna merah pada bagian atas dan kuning muda pada bagian bawah (Gambar 10).
Gambar 10. Agriocnemis minima ♀ yang masih muda (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di rawa-rawa yang dangkal, kolam, dan sawah.
Persebaran. Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan.
Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (6 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Agriocnemis pygmaea (Rambur)
Deskripsi. Capung jantan sekilas mirip A. femina (Gambar 11), tetapi embelan atas pada ujung abdomen lebih panjang daripada yang bawah, dan bentuknya menyiku ke bawah.
Gambar 11. Agriocnemis pygmaea ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di tepi kolam atau rawa yang ditumbuhi tumbuhan air. Capung biasanya hinggap pada vegetasi dengan tinggi kurang dari 50 cm di sekitar sumber air.
Persebaran. Tersebar luas di berbagai negara di Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Barat Daya, Australia bagian utara dan timur, serta Kepulauan Solomon.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua.
Temuan survei di Bogor. Telaga Saat (9 ekor), Situ Gede (7 ekor), Situ Citatah (3 ekor), sawah Ciomas (4 ekor), sawah Ciampea (3 ekor), sawah Cigombong (1 ekor), Sungai Cisadane (1 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Ceriagrion praetermissum Lieftinck
Deskripsi. Tubuh secara umum berwarna kemerahan (Gambar 12). Mata majemuk bagian atas berwarna merah, bagian bawah berwarna hijau kekuningan, sintoraks hijau-kekuningan, bagian dorsal toraks merah, abdomen merah-oranye.
Gambar 12. Ceriagrion praetermissum ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di tempat-tempat berawa dan situ yang kaya dengan vegetasi air; terdapat dari dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.
Persebaran. India, Myanmar, Kamboja, Thailand, Laos, dan Indonesia.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera.
Temuan survei di Bogor. Situ Gede (4 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Ischnura senegalensis (Rambur)
Deskripsi. Jantan memiliki warna hijau kebiruan, abdomen ruas ke-8 dan ke-9 berwarna biru muda (Gambar 13a); capung betina berwarna hijau kekuningan (Gambar 13b).
Gambar 13a. Ischnura senegalensis ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Gambar 13b. Ischnura senegalensis ♀ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di perairan terbuka dengan gangguan, seperti pinggiran situ; terdapat hingga ketinggian 3000 m dpl.
Persebaran. Tersebar luas di wilayah tropika dan subtropika di Asia dan Afrika.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Temuan survei di Bogor. Talaga Saat (13 ekor), Situ Citatah (5 ekor), dan Situ Taman Sari (2 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Pseudagrion microcephalum (Rambur)
Capung ditemukan 1 ekor di lapangan dan berhasil diidentifikasi, tetapi gagal diambil fotonya.
Deskripsi. Seluruh tubuh jantan berwarna biru muda terang dengan garis; abdomen ruas ke-8 dan ke-9 berwarna biru (Gambar 14).
Gambar 14 . Pseudagrion microcephalum (Sumber: Frederck Chong, observed in Mindanao, CC BY-NC 4.0) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di habitat perairan terbuka dengan aliran air yang pelan seperti di tepi sungai, kolam, rawa; dijumpai hingga ketinggan 1400 m dpl
Persebaran. Tersebar luas dari India, China, Asia Tenngara, Papua Nugini, Australia, Kepulauan Solomon.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.
Temuan survei di Bogor. Sungai Cisadane (1 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Pseudagrion pruinosum (Burmeister)
Deskripsi. Capung jantan memiliki mata majemuk dan alat mulut berwarna cokelat kemerahan; toraks dan ruas abdomen ke-8 hingga ke-10 berwarna abu-abu (Gambar 15a). Capung betina berwarna kecokelatan dengan garis hijau muda pada sintoraks (Gambar 15b), mata majemuk berwarna kehijauan.
Gambar 15a. Pseudagrion pruinosum ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Gambar 15b. Pseudagrion pruinosum ♀ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di pinggiran sungai kecil atau saluran irigasi yang ditumbuhi rerumputan; ditemukan hingga ketinggian 1500 m dpl.
Persebaran. Kamboja, China, Hongkong, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera.
Temuan survei di Bogor. Sawah Ciomas (27 ekor), sawah Cigombong (9 ekor), Sungai Cisadane (7 ekor), Sungai Ciapus (7 ekor), Sungai Ciliwung (2 ekor), Curug Ciputri (4 ekor), Situ Paranje (1 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Pseudagrion rubriceps Selys
Deskripsi. Tubuh capung jantan berwarna biru terang, mata majemuk oranye, sintoraks biru terang, abdomen hitam di sisi atas dan biru di sisi bawah (Gambar 16).
Gambar 16. Pseudagrion rubriceps ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di kolam dan sungai yang alirannya pelan serta ditumbuhi banyak vegetasi air; terdapat hingga ketinggian 1000 m dpl.
Persebaran. India, Bangladesh, Nepal, China, Malaysia, Indonesia, Taiwan, Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, Pakistan, Thailand.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Nusa Tenggara.
Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (1 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Euphaeidae
Euphaea variegata Rambur
Deskripsi. Capung jantan memiliki warna dasar hitam dengan garis kuning pada sintoraks; sayap belakang hitam dengan motif lingkaran besar berwana perak-biru (Gambar 17a), sedangkan capung betina memiliki sayap berwarna bening kecokelatan (Gambar 17b).
Gambar,17a. Euphaea variegata ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Gambar 17b,. Euphaea variegata ♀ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di sungai berbatu di wilayah hutan, hingga ketinggian 1300 m dpl. Capung tergolong penerbang yang cepat.
Persebaran. Indonesia
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Sumatera.
Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (23 ekor), Curug Ciputri (19 ekor), Curug Love (17 ekor), Sungai Cisarua (2 ekor), Sungai Ciliwung (1 ekor), sawah Ciampea (1 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Platycnemididae
Coeliccia membranipes (Rambur)
Deskripsi. Capung muda memiliki tubuh kuning, berubah menjadi biru cerah setelah tua (Gambar 18).
Gambar 18.. Coeliccia membranipes ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di habitat berawa di hutan, sumber mata air, tepi sungai yang teduh; terdapat hingga ketinggian 1800 m dpl. Capung hinggap pada semak-semak yang rimbun di sekitar sumber air.
Persebaran. Indonesia
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera.
Temuan survei di Bogor. Talaga Saat (79 ekor), Situ Taman Sari (7 ekor), Curug Cikaracak (28 ekor), Curug Ciputri (15 ekor), Curug Love (9 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Copera marginipes (Rambur)
Deskripsi. Capung muda berwarna putih (Gambar 19). Capung tua memiliki toraks berwarna hitam dengan garis kuning kehijauan pada bagian sisinya, tungkai kuning cerah, abdomen gelap dengan ruas ke-8 dan ke-9 serta embelan berwarna putih.
Gambar 19. Copera marginipes ♂ yang masih muda (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di aliran air yang bening di hutan atau tepi hutan. Capung biasanya hinggap pada rerumputan atau semak-semak pinggiran sumber air; terbang dekat bila terganggu.
Persebaran. India, China, Laos, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Vietnam, Indonesia.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan.
Temuan survei di Bogor. Curug Ciputri (1 ekor), Situ Citatah (3 ekor), Situ Gede (25 ekor), Situ Paranje (1 ekor), Sungai Cisadane (14 ekor), Sungai Ciapus (66 ekor), Sungai Ciliwung (7 ekor), sawah Ciampea (1 ekor), sawah Cigombong (10 ekor), sawah Ciomas (17 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Platystictidae
Drepanosticta gazella Lieftinck
Deskripsi. Sintoraks memiliki satu garis putih, mata majemuk berwarna hitam, abdomen ruas ke-9 memiliki bercak cerah (Gambar 20).
Gambar 20 . Drepanosticta gazella ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di aliran air atau rembesan di hutan, pada ketinggian 100 hingga 1500 m dpl. Capung biasanya hinggap pada vegetasi rendah di balik daun atau batang.
Persebaran. Indonesia
Keberadaan di Indonesia. Jawa
Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (1 ekor)
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Drepanosticta sundana (Kruger)
Deskripsi. Capung jantan memiliki dua garis putih pada sintoraks, mata majemuk berwarna putih kehijauan (bagian bawah) dan hitam (bagian atas), bercak putih lebar pada abdomen ruas ke-8 (Gambar 21).
Gambar 21 . Drepanosticta sundana ♂ (Foto: Agus Suroto) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di sungai atau kali dengan naungan; dari dataran rendah hingga ketinggian 900 m dpl.
Persebaran. Indonesia
Keberadaan di Indonesia. Jawa
Temuan survei di Bogor. Curug Love (6 ekor), Curug Ciputri (5 ekor), Curug Cikaracak (1 ekor).
Status Daftar Merah IUCN. Data Kurang.
Protoneuridae
Prodasineura autumnalis (Fraser)
Deskripsi. Capung jantan tua berwarna gelap, mata majemuk berwarna kecokelatan dan sedikit pucat di bagian bawah (Gambar 22).
Gambar 22. Prodasineura autumnalis ♂ (Foto:Agus Suroto} |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di sungai yang terdapat di hutan atau di tempat terbuka, dari dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Capung biasanya ditemukan berlindung di balik vegetasi.
Persebaran. Kamboja, China, India, Laos, Myanmar, Nepal, Thailand, Vietnam, Indonesia.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali.
Temuan survei di Bogor. Sungai Cisadane (1 ekor), Sungai Ciapus (5 ekor)
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
Nososticta insignis (Selys)
Capung ditemukan 1 ekor di lapangan dan berhasil diidentifikasi, tetapi gagal diambil fotonya.
Deskripsi. Sintoraks berwarna hitam dengan pola garis-garis kuning terang, mata majemuk berwarna hitam di bagian atas dan kuning di bagian bawah; abdomen ruas ke-8 sampai ke-10 berwarna biru terang (Gambar 23).
Gambar 23. Nososticta insignis (Sumber: Marcel Silvius, observed in Bali, CC BY-NC 4.0) |
Habitat dan kebiasaan hidup. Hidup di sungai yang bersih dengan naungan di hutan; terdapat hingga ketinggian 1000 m dpl.
Persebaran. Indonesia.
Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Sumatera bagian selatan.
Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (1 ekor)
Status Daftar Merah IUCN. Risiko Rendah.
***
Selain 19 spesies capung jarum tersebut di atas, masih ada lagi 34 spesies capung biasa (Anisoptera) yang dijumpai di Bogor. Ihwal capung Anisoptera ini akan disajikan pada Bagian II (under construction).
No comments:
Post a Comment