Tuesday, December 31, 2024

Potret Biodiversitas Capung di Bogor: Bagian II. Anisoptera

Setidaknya ada 38 spesies capung (Anisoptera) yang menghuni habitat perairan di Bogor. Tiga di antaranya, Amphiaeschna ampla ampla (Rambur), Leptogomphus lansbergei lansbergei Selys, dan Paragomphus reinwardtii Selys, berstatus endemik Jawa dan sangat langka. Konservasi ketiganya suatu keniscayaan.

Agus Suroto, Aunu Rauf, Nina Maryana

Artikel ini merupakan kelanjutan dari postingan sebelumnya "Potret Biodiversitas Capung di Bogor: Bagian I. Zygoptera" (klik di sini). Jika Bagian I menyajikan kekayaan 19 spesies capung jarum, maka Bagian II ini berisi sajian tentang 38 spesies capung sejati (Anisoptera) yang dijumpai di Bogor. Untuk selanjutnya cukup disebut capung.

Identifikasi menggunakan buku panduan lapangan seperti disajikan pada Referensi. Sebagian besar foto berasal dari hasil jepretan sendiri, kecuali lima spesies yang tidak berhasil diambil fotonya. Atribusi diberikan untuk foto dari sumber lain. 

AESHNIDAE

Anax guttatus (Burmeister)

Deskripsi. Capung berukuran besar, panjang tubuh 80-86 mm, dan bertubuh kekar dengan tanda hijau dan biru (Gambar 1). Mata, toraks, dan ruas abdomen berwarna hijau. Abdomen ruas 2 dan pangkal ruas 3 berwarna biru. Ruas 3 agak menyempit, ruas lainnya berwarna gelap dengan bintik-bintik pucat di sepanjang sisinya.

Capung A. guttatus
Gambar 1. Anax guttatus (Sumber : Veronica Foo, observed in Temasek Blvd, Singapore, CC BY-NC 4.0
Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di perairan yang tenang dan terbuka, seperti saluran air, kolam, situ, danau dan waduk, serta di tepian hutan bakau. Capung aktif terbang berlalu lalang di sekeliling badan air dari pagi hingga sore hari.

Persebaran. Wilayah tropik Asia, Jepang, Australia, Kepulauan Pasifik.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua. 

Temuan survei di Bogor. Talaga Saat (4 ekor), juga teramati berlalu lalang di Situ Gede dan Situ Burung.

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Amphiaeschna ampla ampla (Rambur)

Deskripsi. Capung berukuran relatif besar, berwarna hijau dan cokelat (Gambar 2).

Capung A. ampla
Gambar 2. Amphiaeschna ampla ampla (Sumber: Fathurrahman Sidiq, observed in Pekalongan, Central Java, CC BY-NC 4.0)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di genangan air berlumpur di pinggiran sungai di pegunungan. Imago bersifat krepuskular atau nokturnal. 

Persebaran. Indonesia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa.

Temuan survei di Bogor. Curug Love (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Belum dievaluasi; diperkirakan rentan mengalami kepunahan dimasa mendatang.


Gynacantha subinterrupta Rambur

Deskripsi. Capung berukuran besar, panjang tubuh 67-72 mm, mata biru muda (Gambar 3). Permukaan atas fron memiliki tanda berbentuk T gelap yang tampak jelas jika dilihat dari arah dorsal. Jantan memiliki toraks berwarna hijau. Abdomen ruas 1-2 menggembung seperti bohlam, ruas 3 sangat menyempit, ruas lainnya ramping dan gelap dengan tanda biru-hijau. Betina mirip tapi lebih pucat.

Capung G. interrupta
Gambar 3. Gynacantha subinterrupta ♀ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di area hutan rawa, juga area berhutan lebat di pertamanan. Pada siang hari, capung bertengger pada potongan ranting yang jatuh ke tanah dan vegetasi rendah lainnya. Capung bersifat krepuskular, aktif terbang saat senja hari.

Persebaran. Asia Tenggara.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara.

Temuan survei di Bogor. Situ Gede (2 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


GOMPHIDAE

Ictinogomphus decoratus (Selys)

Deskripsi. Capung berukuran besar, panjang tubuh 64-68 mm, dan bertubuh kekar dengan garis-garis seperti harimau, mata hijau keabu-abuan (Gambar 4). Toraks dan abdomen berwarna hitam dengan setrip-setrip kuning kehijauan. Pada bagian bawah abdomen ruas 8 terdapat sepasang bentukan yang membulat. Betina mirip dengan jantan tetapi memiliki sayap yang lebih kecil.

Capung I. decoratus
Gambar 4. Ictinogomphus decoratus ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Capung lebih menyukai habitat lentik (air tenang), tetapi juga dapat ditemukan di sungai kecil dan rawa-rawa di daerah terbuka dan tepi hutan. Berada di atas pohon pada pagi hari, dan turun ke air pada sore hari. Biasanya bertengger di ujung daun atau ranting dengan posisi horizontal atau miring. Terbang cepat saat berpatroli di sepanjang tepi air.

Persebaran. Asia Tenggara dan barat daya China.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (9 ekor), Situ Gede (18 ekor), Situ Paranje (13 ekor), Situ Tamansari (2 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Leptogomphus lansbergei lansbergei Selys

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 45 mm, memiliki warna dasar hijau metalik dengan bercak kuning (Gambar 5). Mata berwarna cokelat dan kuning.

Capung L. lansbergei
Gambar 5. Leptogomphus lansbergei lansbergei (Sumber: Asman AP, teramati di Kuningan, Jawa Barat)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di sungai dangkal dan anak sungai yang mengalir melalui tempat berawa di hutan; beristirahat di atas dedaunan di tempat yang tersinari matahari.

Persebaran. Indonesia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa.

Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah. (Catatan: Khusus untuk subpesies lansbergei perlu dilakukan evaluasi ulang; rentan mengalami kepunahan di masa mendatang).


Paragomphus reinwardtii Selys

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 45 mm, pada seluruh tubuh terdapat garis loreng kuning dan hitam (Gambar 6). Embelan pada ujung abdomen berbentuk kait.

Capung P. reinwardtii
Gambar 6. Paragomphus reinwardtii (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di aliran sungai yang jernih di daerah terbuka dan hutan, termasuk di daerah pertanian dengan tingkat polusi yang rendah. Aktif terbang saat pagi menjelang siang hari, suka bertengger pada ujung ranting pohon di tempat yang tinggi

Persebaran. Indonesia..

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali.

Temuan survei di Bogor. Sawah Ciomas (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah. (Catatan: Perlu dilakukan evaluasi ulang; rentan mengalami kepunahan di masa mendatang).


LIBELLULIDAE

Acisoma panorpoides Rambur

Deskripsi. Capung berukuran kecil, panjang tubuh 27-29 mm, mudah dikenali dari bentuk abdomen ruas 2-5 yang membengkak, serta ujung abdomen yang meruncing (Gambar 7). Jantan memiliki mata berwarna biru. Toraks dan abdomen hitam dengan banyak garis dan tanda biru muda. Abdomen ruas 8-10 berwarna hitam. Betina memiliki bentuk yang sama, tetapi dengan mata berwarna hijau pucat dan tanda berwarna hijau muda.

Capung A. panorpoides
Gambar 7. Acisoma panorpoides ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di saluran air, kolam, danau dan waduk yang berumput. Capung bertengger sangat rendah pada rerumputan dan vegetasi lainnya.

Persebaran. Tersebar luas di wilayah tropik dan subtropik Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (14 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Agrionoptera insignis (Rambur)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 37-41 mm, abdomen tipis berwarna merah (Gambar 8). Mata berwarna cokelat tua dan hijau muda. Capung jantan memiliki toraks dan abdomen ruas 1-2 berwarna gelap dengan tanda kuning berbintik-bintik tidak beraturan. Abdomen tipis dan membengkak di bagian pangkalnya. Abdomen ruas 3-7 merah dengan garis hitam, ruas 8-10 dan embelan hitam. Jantan yang berumur lanjut berwarna keabu-abuan. 

Capung A. insignis
Gambar 8. Agrioptera insignis ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di sungai yang lambat dan kolam rawa di hutan atau tepi hutan, juga di hutan bakau dan rawa-rawa pantai. Capung jantan dan betina sering bertengger pada vegetasi rendah di sepanjang jalan setapak di hutan. Capung jantan bersifat teritorial.

Persebaran. Wilayah tropik Asia dan Australasia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Gede (5 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Brachydiplax chalybea Brauer

Deskripsi. Capung berukuran kecil-sedang, panjang tubuh 33-35 mm, berwarna biru, dengan toraks berbentuk kotak (Gambar 9). Mata berwarna cokelat dan hijau muda. Toraks jantan ditutupi oleh tepung biru. Abdomen berwarna biru, berubah menjadi hitam mulai ruas 7. Betina kuning kecokelatan, dengan tanda dorsal gelap pada abdomen. 

Capung B. chalybea
Gambar 9. Brachydiplax chalybea ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di kolam dan saluran air yang bervegetasi dan tepi rawa-rawa di hutan, juga di sisi darat hutan bakau. Jantan sangat teritorial, aktif dari siang hingga sore hari. 

Persebaran. Wilayah tropik Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi.

Temuan survei di Bogor. Situ Gede (55 ekor), Situ Citatah (126 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (5 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Brachythemis contaminata (Fabricius)

Deskripsi. Capung berukuran agak kecil, panjang tubuh 29-31 mm, abdomen agak pendek dan tebal (Gambar 10). Mata berwarna cokelat tua dan kuning kecokelatan. Capung jantan memiliki toraks berwarna cokelat. Abdomen berwarna oranye kecokelatan, dengan garis punggung pucat dan patah-patah.  Kedua sayap memiliki warna kuning, pterostigma berwarna oranye-merah.

Capung B. contaminata
Gambar 10. Brachythemis contaminata ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di saluran air, kolam, danau, waduk dan badan air lainnya yang diam atau mengalir lambat. Tergolong spesies yang toleran gangguan habitat, termasuk perairan yang tercemar. Kedua jenis kelamin dapat ditemukan bertengger di tepi air atau di pinggiran rumput dan semak. Capung betina dan jantan yang belum dewasa terbang sangat rendah di permukaan tanah

Persebaran. Wilayah tropika dan subtropika Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (830 ekor), Situ Gede (105 ekor), Situ Paranje (23 ekor), Situ Tamansari (151 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (33 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (22 ekor), sawah Cigombong (3 ekor), sawah Ciomas (3 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Cratilla lineata (Brauer)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 46-48 mm, berwarna biru metalik (Gambar 11). Mata berwarna cokelat dan hijau kekuningan. Capung jantan memiliki toraks berwarna biru tua dengan garis-garis kuning tipis di bagian samping dan punggung; pola warna ini menjadi kabur setelah tua.  Abdomen hitam kebiruan, dengan garis kuning tipis putus-putus di sepanjang dorsal sampai ruas 8.

Capung C. lineata
Gambar 11. Cratilla lineata (Sumber:  Jonathan Rossouw, observed in Beluran, Sabah, Malaysia, CC BY-NC 4.0 )

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di genangan air yang dangkal di hutan tertutup atau hutan rawa. Capung jantan dan betina kerap bergerombol pada ranting yang jatuh di tempat terbuka atau di sepanjang jalan setapak di hutan.

Persebaran. Asia Selatan, Asia Tenggara, bagian selatan China.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan.

Temuan survei di Bogor. Situ Gede (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Crocothemis servilia (Drury)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 40-43 mm, berwarna merah (Gambar 12). Capung jantan memiliki mata berwarna merah dengan pinggiran putih. Toraks dan abdomen berwarna merah cerah, dengan garis punggung hitam tipis di sepanjang abdomen. Betina dan jantan muda memiliki tubuh berwarna kuning kecokelatan, dengan mata berwarna cokelat muda dan hijau pucat.

Capung C. servillia
Gambar 12. Crocothemis servilia ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di kolam, rawa, waduk, saluran air, serta di tepi hutan dan taman yang bervegetasi. Betina dan jantan muda mengembara jauh dari air untuk mencari makan di tepi hutan, taman kota, kebun, dan ladang.

Persebaran. Wilayah tropika dan subtropika Asia, Timur Tengah, Nugini.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (20 ekor), Situ Gede (26 ekor), Situ Paranje (13 ekor), Talaga Saat (1 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (3 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (5 ekor), sawah Ciampea (2 ekor), sawah Cigombong (15 ekor), sawah Ciomas (47 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Diplacodes trivialis (Rambur)

Deskripsi. Capung berukuran kecil, panjang tubuh 29-32 mm. Jantan memiliki mata biru, toraks dan abdomen sebagian besar berwarna biru berkapur kecuali pada abdomen ruas 8-10 yang berwarna hitam (Gambar 13). Betina memiliki mata berwarna cokelat dan hijau pucat, toraks hijau pucat dengan tanda hitam, abdomen sebagian besar berwarna hijau pucat dengan garis punggung gelap.

Capung D. trivialis
Gambar 13. Diplacodes trivialis ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di rawa-rawa dan kolam; dapat ditemukan di lokasi yang jauh dari air tawar, seperti taman kota, ladang, puncak bukit, dan vegetasi pantai. Kedua jenis kelamin bertengger di tanah kosong atau di vegetasi rendah, terbang rendah ketika diganggu.

Persebaran. Wilayah tropika dan subtropika Asia, Australia, Fiji.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Curug Love (2 ekor), Situ Paranje (2 ekor), Sungai Ciapus (13 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (1 ekor), sawah Ciomas (2 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Hydrobasileus croceus (Brauer)

Deskripsi. Capung berukuran besar, panjang tubuh 46-49 mm, memiliki tanda khas di bagian belakang (Gambar 14). Mata berwarna oranye kecokelatan, bagian bawah lebih pucat. Toraks dan abdomen jantan berwarna oranye kecokelatan, dengan tanda punggung gelap pada ruas 4-10.  Pangkal sayap belakang melebar, dengan bercak cokelat tua. Betina serupa tetapi dengan abdomen yang lebih pucat.

Capung H. croceus
Gambar 14. Hydrobasileus croceus (Sumber: Andrew Lai, observed in Ping Che, Hong Kong, CC BY-NC 4.0)
Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di kolam dan danau yang bervegetasi, aktif berpatroli di tepi kolam, danau, dan waduk pada hari cerah. Selama cuaca mendung bertengger dalam posisi menggantung pada vegetasi yang lebat.

Persebaran. Wilayah tropika dan subtropika Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan.

Temuan survei di Bogor. Situ Burung (cukup berlimpah).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Lathrecista asiatica (Fabricius)

DeskripsiCapung berukuran sedang, panjang tubuh 44-47 mm, berwarna merah dan biru dengan abdomen lurus (Gambar 15). Jantan memiliki mata berwarna cokelat dan abu-abu biru. Sintoraks berwarna cokelat tua, dengan strip kuning pucat pada sisinya. Abdomen tipis, lurus, dan sebagian besar berwarna merah terang kecuali pada ruas 9-10 yang berwarna hitam. Betina mirip tetapi abdomen lebih tebal dan sebagian besar berwarna kuning kecokelatan hingga merah pucat.

Capung L. asiatica
Gambar 15. Lathrecista asiatica (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup.  Terdapat di kolam-kolam hutan yang teduh. Kedua jenis kelamin sering dijumpai mencari makan di tepi hutan yang terkena sinar matahari, dan di tempat terbuka dan jalan setapak.

Persebaran. Wilayah tropika Asia dan Australasia.

Keberadaan di IndonesiaJawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Gede (5 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Neurothemis fluctuans Fabricius

Deskripsi. Capung berukuran kecil-sedang, panjang tubuh 30-34 mm. Mata berwarna merah kecokelatan dan cokelat, serta cokelat muda dan kehijauan pada individu yang lebih muda (Gambar 16). Toraks dan abdomen jantan memiliki corak merah kecokelatan.  Sayap, kecuali ujungnya, dipenuhi warna merah marun. 

Capung N. fluctuans
Gambar 16. Neurothemis fluctuans ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di berbagai habitat terbuka seperti kolam dan sungai di perkotaan hingga pedesaan, rawa, saluran air bervegetasi, dan rawa hutan dengan kanopi terbuka. Umumnya merupakan spesies yang terbang rendah dan cukup mudah untuk didekati.

Persebaran. Wilayah tropika Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan.

Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (1 ekor), Situ Tamansari (3 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (1 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (9 ekor), sawah Ciampea (1 ekr).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Neurothemis ramburii (Brauer)

Deskripsi. Capung berukuran kecil-sedang, panjang tubuh 35 mm. Tubuh dominan berwarna merah gelap (Gambar 17). Sekitar 2/3 bagian sayap berwarna merah tua kecokelatan dan batasnya melengkung pada sayap belakang, sedangkan 1/3 sisanya transparan.

Capung N. ramburii
Gambar 17. Neurothemis ramburii ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Sering dijumpai di tempat yang agak teduh, tidak jauh dari sumber air seperti kolam, sungai, persawahan, bahkan di sekitar pekarangan rumah. Capung aktif pada pagi hingga sore hari.

Persebaran. Asia Tenggara.

Keberadaan di IndonesiaJawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Curug Ciputri (4 ekor), Curug Love (2 ekor), Situ Citatah (2 ekor), Situ Gede (3 ekor), Situ Paranje (15 ekor), Situ Tamansari (14 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (2 ekor), Sungai Ciapus 7 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (12 ekor), sawah Cigombong (3 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Neurothemis terminata Ris

Deskripsi. Capung berukuran kecil-sedang, panjang tubuh 38 mm. Capung jantan memiliki warna merah pada tubuh dan sayapnya (Gambar 18), sedangkan betina berwarna kekuningan.

Capung N. terminata
Gambar 18. Neurothemis terminata ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di tempat dengan vegetasi rimbun dan alami. Capung aktif sejak pagi hingga sore hari..

Persebaran. Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku.

Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (4 ekor), Situ Gede (11 ekor), Situ Paranje (16 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (1 ekor), Sungai Ciapus (27), Sungai Cisarua (2 ekor), sawah Ciampea (1 ekor), sawah Cigombong 4 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Onychothemis culminicola Forster

Deskripsi. Berukuran sedang, panjang sayap belakang 37 mm; tungkai dengan duri yang panjang, jarang, dan kuat.  Toraks berwarna cokelat dengan pita kuning di atas dan di sampingnya (Gambar 19). Abdomen sebagian besar berwarna oranye kusam, ruas 1-2 berwarna cokelat, seringkali dengan garis punggung pucat.

Capung O. culminicola
Gambar 19. Onychothemis culminicola ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Menyukai saluran air yang mengalir lambat dengan dasar berpasir

Persebaran. Asia Tenggara.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi.

Temuan survei di Bogor. Sungai Ciapus (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Orthetrum chrysis (Selys)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 41-48 mm, sebagian besar berwarna merah (Gambar 20). Jantan dengan mata abu-abu kebiruan dan toraks berwarna cokelat kusam. Abdomen sebagian besar berwarna merah terang dan membengkak di bagian pangkalnya. Sayap hialin kecuali sedikit warna kuning di pangkal sayap belakang.

Capung O. chrysis
Gambar 20. Orthetrum chrysis ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di sekitar kolam, sungai, dan rawa dengan vegetasi di sekitarnya. Terdapat di habitat perkotaan yang terganggu dan semi-terbuka serta di hutan. Capung jantan mempertahankan wilayahnya dan mengusir capung merah lainnya.

Persebaran. Wilayah tropika Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan.

Temuan survei di Bogor. Curug Ciputri (4 ekor), Situ Citatah (1 ekor), Situ Paranje (6 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (1 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (15 ekor), sawah Ciampea (1 ekor), sawah Cigombong (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Orthetrum glaucum (Brauer)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 41-46 mmm. Jantan memiliki mata berwarna biru kehijauan dan toraks berwarna biru tua (Gambar 21). Abdomen berwarna biru muda, dengan ruas 9-10 berwarna gelap. Sayap hialin dengan sedikit warna gelap pada pangkal sayap belakang.

Capung O. glaucum
Gambar 21. Orthetrum glaucum ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di saluran air, kolam, dan sungai di habitat terbuka yang terganggu atau di dekat hutan. Jantan sering bertengger di sisi parit beton di tepi hutan atau di jalan setapak di hutan, di mana sejak tengah hari mereka secara aktif mengejar pesaingnya dan betina. 

Persebaran. Wilayah tropika dan subtropika Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (4 ekor), Curug Ciputri (2 ekor), Sungai Cisarua (6 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Orthetrum luzonicum (Brauer)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 40-42 mm, berwarna biru muda, dengan sayap hialin (Gambar 22). Jantan memiliki mata berwarna biru langit. Toraks dan abdomen ditutupi tepung berwarna biru muda.

Capung O. luzonicum
Gambar 22. Orthetrum luzonicum ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di sungai dan rawa di daerah terbuka atau tepi hutan. Menyukai sungai dengan tepian berumput.

Persebaran. Wilayah tropika Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera.

Temuan survei di Bogor. Talaga Saat (10 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Orthetrum pruinosum (Burmeister)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang sayap belakang 32-36 mm dan abdomen 28-31 mm. Abdomen berwarna merah tua, dan toraks berwarna biru abu-abu (Gambar 23). Jantan memiliki mata berwarna biru hitam di bagian atas dan abu-abu kebiruan di bagian bawah.

Capung O. pruinosum
Gambar 23. Orthetrum pruinosum ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Capung sangat umum ditemukan di kolam, parit, dan sungai. Jantan kerap bertengger di semak-semak, batu, dll.

Persebaran. Asia Selatan, Asia Tenggara.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumaera, Kalimantan, Sulawesi.

Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (11 ekor), Curug Ciputri (1 ekor), Curug Love (1 ekor), Situ Paranje (1 ekor), Talaga Saat (4 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (1 ekor), sawah Ciampea (3 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Orthetrum sabina (Drury)

Deskripsi. Capung berukuran cukup besar namun ramping, panjang tubuh 47-52 mm, berwarna hijau dan hitam (Gambar 24). Kedua jenis kelamin memiliki mata hijau dan toraks hijau-kekuningan dengan tanda hitam. Abdomen membengkak pada bagian pangkalnya, dengan garis-garis hitam. Ruas terakhir agak melebar dan berwarna hitam. Embelan berwarna putih.

Capung O. sabina
Gambar 24. Orthetrum sabina ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Menyukai perairan yang tenang dan mengalir lambat di habitat yang cukup terbuka, termasuk saluran air, kolam, waduk, dan rawa. Pemangsa yang rakus, sering memangsa capung lain.

Persebaran. Old World tropics, dari Mediterania dan Afrika Timur hingga Asia Tenggara dan Australasia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (14 ekor), Curug Ciputri (50 ekor), Curug Love (41 ekor), Situ Citatah (59 ekor), Situ Gede (46 ekor), Situ Paranje (225 ekor), Talaga Saat (7 ekor), Situ Tamansari (28 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (126 ekor), Sungai Ciapus (17 ekor), Sungai Cisarua (3 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (76 ekor), sawah Ciampea (219 ekor), sawah Cigombong (261 ekor), sawah Ciomas (320 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Orthetrum testaceum (Burmeister)

Deskripsi. Capung Berukuran cukup besar, panjang tubuh 43-48 mm, berwarna merah cerah (Gambar 25). Jantan memiliki mata berwarna abu-abu cokelat dan toraks berwarna oranye-cokelat. Abdomen berwarna merah cerah. Sayap belakang memiliki bercak kuning pada pangkalnya.

Capung O. testaceum
Gambar 25. Orthetrum testaceum ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di saluran air, kolam, kebun, dan tepi hutan. Umum ditemukan di habitat terbuka yang terganggu, termasuk taman kota.

Persebaran. India, Asia Tenggara.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi.

Temuan survei di Bogor. Curug Ciputri (1 ekor), Situ Gede (3 ekor), Situ Paranje (57 ekor), Situ Tamansari (15 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (33 ekor), Sungai Ciapus (13 ekor), Sungai Cisarua (1 ekor), Sungai Ciliwung ruas sempur (49 ekor), sawah Ciampea (58 ekor), sawah Cigombong (2 ekor), sawah Ciomas (6 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Orthetrum triangulare (Selys)

Deskripsi. Berukuran cukup besar, panjang sayap belakang 37-39 mm. Abdomen pendek dan lebar. Jantan mudah dikenali karena memiliki warna biru di bagian depan abdomen, sedangkan bagian belakangnya berwarna hitam (Gambar 26).

Capung O. triangulare
Gambar 26. Orthetrum triangulare ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di daerah perbukitan dan pegunungan. Capung berkembang biak di kolam-kolam kecil dan daerah berawa, toleran terhadap gangguan. Biasanya bertengger dengan bergelantungan pada cabang dan ranting di tepi air.

Persebaran. Asia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera.

Temuan survei di Bogor. Curug Ciputri (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Pantala flavescens (Fabricius)

Deskripsi. Capung berukuran besar, panjang tubuh 45-47 mm,  berwarna cokelat kekuningan. Mata berwarna oranye-cokelat dan abu-abu kebiruan.  Toraks berwarna cokelat muda dan agak berbulu. Abdomen lurus dan meruncing, kuning hingga oranye-cokelat dengan serangkaian bintik gelap yang patah-patah dan semakin jelas ke arah ujung (Gambar 27).  Embelan panjang, berwarna cokelat dan berujung hitam. Sayap lebar dan hialin, kecuali bercak gelap kecil di ujung sayap belakang.

Capung P. flavescens
Gambar 27. Pantala flavescens ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Umum ditemukan di lingkungan terbuka dan perkotaan, terkadang membentuk kawanan. Sering  terbang dalam waktu yang lama. Bertengger dengan posisi menggantung dengan abdomen mengarah ke bawah. Berkembang biak di badan air yang tergenang dan mengalir lambat. 

Persebaran. Kosmopolit, tersebar luas di seluruh belahan bumi kecuali Antartika.

Keberadaan di Indonesia. Seluruh Kepulauan Nusantara.

Temuan survei di Bogor. Curug Ciputri (1 ekor), Curug Love (10 ekor), Situ Citatah (45 ekor), Situ Gede (16 ekor), Situ Paranje (266 ekor), Situ Tamansari (83 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (96 ekor), Sungai Ciapus (45 ekor), Sungai Cisarua (7 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (39 ekor), sawah Ciampea (101 ekor), sawah Cigombong (60 ekor), sawah Ciomas (41 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Potamarcha congener (Rambur)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 43-45 mm, dengan warna biru dan oranye (Gambar 28). Sayap hialin dan sempit. Mata berwarna cokelat kemerahan dan putih keabu-abuan. Capung jantan memiliki toraks dan pangkal abdomen yang ditutupi  tepung berwarna biru.  Ruas-ruas lainnya berwarna gelap dengan garis-garis lateral berwarna oranye-kuning, kecuali ruas 9-10 yang berwarna hitam.

Capung P. congener
Gambar 28. Potamarcha congener ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di kolam-kolam terbuka, habitat semi-perkotaan yang terganggu, dan habitat perkotaan dengan genangan air atau air yang mengalir lambat. Kerap bertengger dalam jumlah banyak pada musim kemarau

Persebaran. Wilayah tropika Asia, Australasia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (1 ekor), Situ Gede (7 ekor), Situ Paranje (6 ekor), Sungai Cisadane ruas Ciseeng (1 ekor), Sungai Ciapus (20 ekor), sawah Ciomas (6 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Rhodothemis rufa (Rambur)

Deskripsi. Capung merah berukuran sedang, panjang tubuh 41-44 mm. Jantan memiliki mata merah tua. Toraks berwarna merah tua, dengan garis merah pucat di bagian dorsal, memanjang ke abdomen (Gambar 29).  Abdomen tanpa bintik-bintik atau tanda gelap. Sayap hialin dengan bercak cokelat muda pada pangkal sayap. 

Capung R. rufa
Gambar 29. Rhodothemis rufa ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di saluran air, kolam, rawa, dan tepi waduk yang bervegetasi. Menyukai sinar matahari; bertengger rendah, tetapi bila didekati, segera pindah ke tempat bertengger yang lebih tinggi. Dikenal memangsa capung lain.

Persebaran. Wilayah tropika dan subtropika Asia, termasuk Kepulauan Solomon.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan.

Temuan survei di Bogor. Curug Ciputri (1 ekor), Situ Citatah (16 ekor), Situ Gede (9 ekor), 

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Rhyothemis phyllis (Sulzer)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 39-41 mm, dengan warna-warna yang mencolok. Mata berwarna cokelat kemerahan dan abu-abu kecokelatan. Toraks dan abdomen berwarna hijau perunggu metalik. Sayap sangat panjang, dengan bercak hitam pada pada nodus dan ujungnya. Pangkal sayap belakang melebar, dengan bercak cokelat tua dan kuning bergantian (Gambar 30). Betina mirip dengan jantan tetapi abdomennya lebih gemuk.

Capung R. phyllis
Gambar 30. Rhyothemis phyllis ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di tempat berawa, kolam dan danau yang bervegetasi, di daerah semi-perkotaan hingga perkotaan. Kedua jenis kelamin sering berkumpul membentuk kawanan saat mencari makanan.

Persebaran. Asia Tenggara, Australasia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (127 ekor), Situ Gede (18 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Rhyothemis variegata (Linnaeus)

DeskripsiCapung bertubuh gelap, berukuran sedang dengan sayap berwarna-warni kuning pucat. Terdapat beberapa bintik hitam pada  sayap depan. Pada sayap belakang terdapat bercak besar berwarna hitam dan kuning keemasan (Gambar 31).

Capung R. variegata
Gambar 31. Rhyothemis variegata ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di rawa-rawa, kolam dan sawah; kemampuan terbang lemah.

Persebaran. Asia Selatan, Indochina, bagian selatan China.

Keberadaan di Indonesia. Jawa. (Catatan: tidak ada dalam catatan Lieftinck (1954); diperkirakan sebagai spesies pendatang).

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (2 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Tetrathemis irregularis Brauer

Deskripsi. Capung berukuran kecil, ramping, dan bertanda hitam dan kuning (Gambar 32).

Capung T. irregularis
Gambar 32. Tetrathemis irregularis (Sumber: Rick Frank, observed in Cotabato, Philippines, CC BY-NC 4.0)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di hutan rawa, sungai hutan yang alirannya lamban, dan kolam dengan naungan.

Persebaran. Asia Tenggara.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Kolam di Kebun Raya Bogor (beberapa ekor), Kolam di Rektorat IPB (beberapa ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Tholymis tillarga (Fabricius)

Deskripsi. Capung kemerahan berukuran sedang, panjang tubuh 44-47 mm, dengan tanda khas pada sayap (Gambar 33). Mata berwarna cokelat kemerahan dan putih kehijauan, lebih pucat pada betina. Toraks dan abdomen jantan berwarna merah kusam. Sayap belakang memiliki bercak kuning kecokelatan, di luarnya terdapat bercak putih kecil yang berkilauan. Betina berwarna cokelat kekuningan.

Capung T. tillarga
Gambar 33. Tholymis tillarga ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di kolam, danau, kanal, dan saluran air dengan air yang tenang atau mengalir lambat. Terdapat di tepi hutan dan juga di habitat yang terganggu dan perkotaan. Di siang hari, capung bersembunyi di antara vegetasi lebat dalam posisi menggantung.  Bersifat krepuskular, aktif pada sore hari mulai sekitar pukul 17.00, jantan berpatroli di wilayah badan air. 

Persebaran. Afrika Barat, Asia, Australia, Kepulauan Pasifik.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (15 ekor), Situ Gede (11 ekor), Situ Paranje (4 ekor), Sungai Ciliwung ruas Sempur (1 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Urothemis signata (Selys)

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 42-45 mmm, sayap panjang dan runcing dengan venasi terbuka. Mata jantan berwarna merah dan kehitaman. Toraks dan abdomen berwarna merah terang, dengan dua bintik hitam kecil pada bagian dorsal abdomen ruas 8-9 (Gambar 34). 

Capung U. signata
Gambar 34. Urothemis signata insignata ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di kolam, rawa, waduk, tepi hutan, dan di perkotaan. Spesies penyuka sinar matahari, sering bertengger di ujung ranting, dan secara aktif mengusir capung jenis lain.

Persebaran. Malaysia, Indonesia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Citatah (12 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Zygonyx ida Selys

Deskripsi.Capung memiliki toraks berwarna hijau, abdomen gelap dengan batas ruas terdapat garis kuning tipis (Gambar 35).

Capung Z. ida
Gambar 35. Zygonyx ida (Sumber: Muhammad Al Fatih, observed in Jabung, Malang, East Java, CC BY-NC 4.0)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di aliran sungai berbatu di hutan, umumnya di daerah perbukitan dan pegunungan.

Persebaran. Indonesia, Malaysia, Thailand.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara.

Temuan survei di Bogor. Curug Cikaracak (6 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Zyxomma obtusum Albarda

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 42 mm. Mata capung jantan berwarna putih keabu-abuan, seluruh tubuh berwarna putih hingga ke pembuluh sayap, ujung sayap berwarna hitam, ruas abdomen 1-3 agak membengkak, embelan berwarna gelap (Gambar 36). Betina bermata hijau muda, toraks berwarna cokelat muda dan abdomen berwarna kecokelatan dengan garis yang lebih gelap.

Capung Z. obtusum
Gambar 36. Zyxomma obtusum ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Ditemukan di saluran air, kolam, dan situ di daerah terbuka. Bersifat krepuskular, bertengger pada vegetasi yang lebat pada siang hari, dan aktif pada sore hari dan menjelang fajar, terbang cepat dan rendah di atas permukaan air, tertarik cahaya lampu pada malam hari. 

Persebaran. Asia Tenggara, China bagian selatan, Taiwan, Jepang.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Gede (183 ekor), Situ Citatah (43 ekor), Situ Tamansari (10 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


Zyxomma petiolatum Rambur

Deskripsi. Capung berukuran sedang, panjang tubuh 49-52 mmm, berwarna cokelat dengan mata hijau zamrud (Gambar 37). Betina mirip dengan jantan.

Capung Z. petiolatum
Gambar 37. Zyxomma petiolatum ♂ (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di kolam, situ, dan sungai yang mengalir lambat. Capung aktif terbang pada senja hari; siang hari beristirahat dengan bertengger pada pepohonan; malam hari tertarik cahaya lampu.

Persebaran. Wilayah tropik di Asia, Jepang, Australia, Kepulauan Pasifik.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua.

Temuan survei di Bogor. Situ Gede (1 ekor), Situ Citatah (17 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.


MACROMIIDAE

Epophthalmia vittata Burmeister

Deskripsi. Capung berukuran besar, panjang tubuh 71 mm; mata berwarna hijau kebiruan. Tubuh berwarna cokelat gelap, toraks memiliki garis-garis kuning di bagian sisinya. Abdomen berwarna cokelat tua kemerahan dengan bintil-bintil kuning pada ruas 1 sampai 9 (Gambar 38).

Capung E. vittata
Gambar 38. Epophthalmia vittata (Foto: Agus Suroto)

Habitat dan kebiasaan hidup. Terdapat di kolam atau situ bervegetasi. Capung terbang tinggi di siang hari, dapat ditemukan jauh dari habitat perkembangbiakannya.

Persebaran. India, Sri Lanka, Vietnam, Indonesia.

Keberadaan di Indonesia. Jawa, Sumatera.

Temuan survei di Bogor. Situ Tamansari (6 ekor).

Status Daftar Merah IUCN. Risiko rendah.

 

Referensi

Agus Suroto. 2018. Studi Odonata pada Berbagai Habitat Lahan Basah di Wilayah Bogor: Keanekaragaman Spesies, Struktur Komunitas, dan Deskripsi Kehidupan [Tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

IUCN. 2020. The IUCN Red List of Threatened Species 2020. https://www.iucnredlist.org/. Diakses 21 Desember 2024.

Lieftinck MA. 1934. An annotated list of the Odonata of Java with notes on their distribution, habits and life-history. Treubia 14(4):377-462.

Lieftinck MA.1954 . Handlist of Malaysian Odonata: A catalogue of the dragonflies of the Malay Peninsula, Sumatra, Java and Borneo, including the adjacent small islands. Treubia 22 (Suppl.): 1-202.

Ngiam R, Ng M. 2022. A Photographic Field Guide To The Dragonflies & Damselflies of Singapore. Oxford (UK): John Beaufoy Publishing Ltd.

Orr AG. 2003. A Guide to The Dragonflies of Borneo: Their Identification and Biology. Borneo Natural History Publication.

Orr AG. 2004. Critical species of Odonata in Malaysia, Indonesia, Singapore and Brunei. International Journal of Odonatology 7(2): 371-384.

Orr AG. 2005. Dragonflies of Peninsular Malaysia and Singapore. Kinabalu (MY): Natural History Publication.

Rahadi WS, Feriwibisono, Nugrahani MP, Dalia BPI, Makitan T. 2013. Naga Terbang Wendit. Malang (ID): Indonesia Dragonfly Society.

Setiyono J. 2014. Java Odonata survey. Agrion 18(2): 32-33.


Untuk keperluan sitasi, silakan tulis:

Suroto A, Rauf A, Maryana N. 2024. Potret Biodiversitas Capung di Bogor: Bagian II. Anisoptera. https://www.serbaserbihama.com/2024/12/biodiversitas-capung-anisoptera-bogor.html. Diakses tanggal (Sebutkan).




































No comments: