Tuesday, February 25, 2025

Duo Pelopor Studi Hama di Hindia Belanda: 2. Kisah Dr. JC Koningsberger

JC Koningsberger tiba di Jawa pada tahun 1894. Ia dikenal sebagai pelopor studi hama tanaman di Hindia Belanda, penggagas pendirian museum zoologi, serta sempat menjabat Direktur Kebun Raya Bogor. Flu spanyol yang merebak pada tahun 1918-1919 memaksanya meninggalkan Jawa.

Aunu Rauf

Dalam postingan tanggal 25 Oktober 2023, saya telah mengupas bahwa ada dua sosok yang memelopori studi hama tanaman di Hindia Belanda (Indonesia). Dr. L Zehntner asal Swiss dan Dr. JC Koningsberger asal Belanda. 

Kisah hidup sosok yang disebut pertama telah disajikan pada "Duo Pelopor Studi Hama di Hindia Belanda: 1. Kisah Dr. L. Zehntner" (klik di sini). Kini giliran kisah hidup sosok yang kedua.

Kehadiran Dr. JC Koningsberger di Hindia Belanda tak bisa lepas dari perkembangan institusi yang bernama 's Lands Plantentuin (Taman Botani Negara) yang didirikan pada 18 Mei 1817. Kini kita mengenalnya sebagai Kebun Raya Bogor.

Awalnya 's Lands Plantentuin bertugas untuk menanam tumbuhan lokal Indonesia dan tumbuhan bernilai ekonomis tinggi dari berbagai negara. Tak heran bila kelak banyak ahli botani berdatangan.

Pada tahun 1890, sewaktu Direktur 's Lands Plantentuin dijabat oleh Dr. Melchior Treub, mulai disadari bahwa selain ahli botani, juga diperlukan ahli zoologi. Tugasnya untuk meneliti hama, terutama yang menyerang tanaman bernilai ekonomis tinggi, semisal kopi. 

Kala itu ahli zoologi begitu diperlukannya, sehingga pembiayaannya perlu diusahakan dari dana swasta. Konon, pada tahun 1894 terkumpullah dana untuk mendatangkan seorang ahli zoologi pertanian. Ahli itu bernama JC Koningsberger. 

Kesediannya untuk datang ke Hindia Belanda, negeri yang masih serba asing baginya, memberi kesan betapa besar jiwa kepeloporannya. Terlebih lagi, latar belakang keahlian JC Koningsberger sebenarnya adalah botani.

Meski dibiayai pihak swasta, ia bekerja untuk 's Lands Plantentuin, dan karenanya berstatus pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Lantas siapakah JC Koningsberger, dan apa saja kiprahnya selama tinggal di Hindia Belanda ?. Yuk, simak kisahnya di bawah ini.

***

Jacob Christiaan Koningsberger (Gambar 1) lahir di Hazerswoude pada 17 Januari 1867, merupakan anak laki-laki tertua dari pasangan suami-istri Koningsberger-Tieleman. Setelah menyelesaikan SMA di Utrecht pada tahun 1885, ia melanjutkan studi di Universitas Utrecht. 

JC Koningsberger
Gambar 1. Dr. JC Koningsberger (Sumber: Jan Willem Sluiter via Wikimedia Commons)

Di kampusnya, ia tak tergolong mahasiswa "kutu buku". Selama kuliah, ia aktif di organsasi kemahasiswaan. Bahkan pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa. Pada 28 Oktober 1891 ia lulus ujian doktor dengan predikat cum laude. Disertasinya tentang proses pembentukan pati pada tanaman Angiosperma.

Setelah meraih gelar doktor, Dr. JC Koningsberger menjadi guru zoologi dan botani pada sekolah lanjutan atas di Hertogenbosch selama 1891-1894. Pada saat yang bersamaan, ia juga menjadi dosen botani pada almamaternya, Universitas Utrecht.

Pada 29 Maret 1894 ia menikah dengan Manuella Ursule Mariana. Sehari-hari dipanggil Ursule. Bulan madunya tak bisa dinikmati berlama-lama, karena keduanya harus segera mengemas koper-koper untuk persiapan keberangkatannya ke Hindia Belanda. 

Alkisah berangkatlah sepasang pengantin baru itu dengan menumpang kapal laut menuju Hindia Belanda. Segenggam harapan menyertai keberangkatannya. Setelah berminggu-minggu mengarungi samudra, di tengah ombak yang bergulung-gulung, akhirnya keduanya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Jawa pada bulan Agustus 1894. 

Keduanya merasa betah tinggal di Bogor. Hawanya sejuk. Ursule juga menikmati kehidupan bermasyarakat di Bogor, utamanya saat mengikuti jamuan dan pesta ala Eropa saban malam Minggu di Istana Gubernur Jenderal. Selama tinggal di Bogor, ia dikaruniai dua orang anak.

Pada awal kedatangannya, Koningsberger mencurahkan sebagian besar waktunya  mempelajari hama kopi di Jawa. Ia kerap blusukan ke berbagai perkebunan kopi di Jawa Timur. Setiap serangga yang hidup pada tanaman kopi diamati dengan seksama dan dicatatnya.

Tiga tahun berselang, yakni pada tahun 1897, ia menerbitkan monograf berjudul "De Dierlijke Vijanden der Koffiecultuur op Java" [Hewan Pengganggu pada Budidaya Kopi di Jawa] (Gambar 2). Volume keduanya diterbitkan pada tahun 1901, yang disusun bersama Prof. Zimmerman, seorang ahli penyakit tanaman berkebangsaan Jerman.

De Dierlijke Vijanden der Koffiecultuur op Java
Gambar 2. Sampul muka buku hama kopi yang disusun oleh Dr. JC Koningsberger, terbit tahun 1897.

Sementara itu, pada bulan Januari 1898, 's Lands Plantentuin membentuk divisi baru yang bernama  Landbouw Zoologisch Laboratorium [Laboratorium Zoologi Pertanian]. Sejak itulah, Koningsberger resmi diangkat sebagai pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan sekaligus menjadi Kepala Landbouw Zoologisch Laboratorium.

Sebelum itu, penelitian zoologi  terbatas pada kunjungan ekspedisi dari mancanegara. Spesimen yang dikoleksi biasanya di bawa ke Eropa untuk diteliti, disimpan, dan dimiliki.

Untuk memenuhi sarana penelitian bagi divisi baru itu, sebuah gudang dari rumah yang sebelumnya dihuni oleh seorang petugas medis diubah menjadi ruang kerja dan laboratorium. Peti-peti dan dan pot-pot bunga yang berserakan disingkirkan, lantai disemen, ruangan diperluas dan dilengkapi pipa ledeng

Di bawah kepemimpinan Koningsberger, penelitian entomologi terapan berkembang sangat pesat. Sesuai dengan nama yang melekat pada laboratorium, penelitiannya berkisar pada serangga pengganggu, dan serangga berguna dalam budidaya tanaman pangan dan perkebunan. 

Pada tahun 1898 ia bersama Dr. M. Treub mengadakan perjalanan studi banding ke Sri Lanka. Tujuannya untuk mempelajari keadaan Museum Kolombo yang didirikan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1877. 

Di sana ia terpana, kagum dengan keadaan koleksi zoologi di Museum Kolombo. Rapi dan terawat dengan baik. Sebagai seorang kulit putih yang tinggal di Hindia Belanda, ia merasa miris. Mengapa Hindia Belanda tak memiliki museum zoologi semacam itu. 

"Keberadaan museum zoologi di Hindia Belanda adalah suatu keniscayaan", begitu ia gigih mempertahankan usulannya.

Ia mengajukan dua alasan. Pertama, ahli zoologi yang datang ke Jawa semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Kedua, museum dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan praktis, terutama yang terkait dengan pertanian.

Di tengah gelegak semangatnya melaksanakan penelitian hama dan koleksi serangga, kegetiran menghampirinya. Suatu sore pada tahun 1899 saat langit Bogor digelayuti awan hitam, istrinya tetiba jatuh sakit. Demam, muntah-muntah, disertai diare bercampur darah. Ia didiagnosis menderita disentri amoeba. 

Tubuhnya semakin hari semakin kurus dan lemah. Karena pengobatan yang memadai untuk penyakit ini tak mungkin dilakukan di Hindia Belanda, maka diputuskan untuk mudik ke Belanda. 

Untuk itu, Koningsberger mengambil cuti dari 2 Mei hingga 25 Oktober 1899. Selain membawa istrinya untuk berobat, kedua anaknya juga ikut serta. Tak lupa pula ia membawa serta berbagai spesimen serangga untuk diidentifikasi di museum besar di Eropa.

Dalam perjalanan di tengah samudra, kondisi kesehatan Ursule semakin memburuk. Tak tertolong. Ia menghembuskan napas terakhirnya di kabin kapal. Koningsberger memandangi tubuh istrinya yang terbujur kaku, berdoa, dan mengecup keningnya. Tanpa terasa air mata meleleh di pipinya. 

Perasaan pilu yang begitu mendalam menyertai sisa perjalanan Koningsberger dan kedua anaknya menuju Eropa.

Setibanya di Amsterdam, tak mau terbenam dalam kesedihan berkepanjangan yang tak berujung, Koningsberger mencoba "ngabangbrangkeun" (menghibur diri agar lupa) dengan mengunjungi koleganya dan berdiskusi. Topiknya tak jauh-jauh dari keinginannya untuk mendirikan museum zoologi dan fitopatologi di Hindia Belanda.

Selagi di Eropa, ia juga membicarakan gagasan pendirian museum itu dengan Mr. H. D. Kramer, direktur Nederlandsch- Indische Landbouw Mij, dan Mr. TH. J. van Haren Noman, direktur Nederlandsch-Indische Handelsbank. Keduanya sangat mendukungnya dan menginisiasi pengumpulan dana sebesar 15.000 gulden. 

Kematian istrinya selalu membayanginya saban hari, dan sulit lepas dari ingatannya. Tapi, itu tak menghalanginya kembali ke Hindia Belanda untuk melanjutkan kariernya sebagai ilmuwan biologi. Kedua putranya yang masih kecil tak ikut pulang, tapi ia titipkan untuk tinggal bersama saudara perempuannya, Marie. 

Kabar gembiranya, tak lama setelah tiba di Jawa, pembangunan museum segera dimulai. Ground breaking-nya dilakukan pada September 1900.  Pada akhir Agustus 1901, gedung museum seluas 81 m x 51 m tuntas dibangun (Gambar 3).

Museum Zoologi Bogor
Gambar 3. Gedung Landbouw Zoologisch Museum (Sumber: Gids voor Buitenzorg en Omstreken

Museum itu dinamakan Landbouw Zoologisch Museum. Sejatinya nama yang semula diusulkan oleh Koningsberger adalah Zoologisch en Phytopathologisch Museum. Kelak museum ini berkembang dan berubah nama menjadi Museum Zoologi Bogor (MZB). 

Sementara itu, tak kuasa menahan sepi dan sunyi hidup sendirian, pada tanggal 2 Juli 1902 ia menikah lagi di Bogor dengan Bertha Rosina Margaretha. Dari pernikahan ini, kelak lahir seorang anak pada tanggal 23 Oktober 1907, yang diberi nama Carel.

Koningsberger tak henti melanjutkan penelitian hama. Tak semata-mata kopi.  Ia juga menggeluti serangga hama padi, tembakau dan teh. Hasilnya diterbitkan tahun 1903 dalam bentuk monograf (Gambar 4) berjudul "Ziekten van Rijst, Tabak, Theee  en andere Cultuurgewassen dier door Insecten worden veroorzaakt" [Hama padi, tembakau, teh, dan tanaman budidaya yang disebabkan oleh serangga].

Ziekten van Rijst, Tabak, Theee  en andere Cultuurgewassen dier door Insecten worden veroorzaakt
Gambar 4. Sampul muka buku hama penting tanaman budidaya yang disusun oleh Dr. JC Koningsberger, terbit tahun 1903.

Inilah buku perdana tentang serangga hama di Hindia Belanda. Penyusunannya dikelompokkan berdasarkan komoditas. Ada hama padi, tembakau, teh, kopi, jagung, kacang-kacangan, kelapa, pisang, mangga, jambu, jeruk, dan lainnya. 

Sepengetahuan saya, buku ini pula yang untuk pertama kalinya menyajikan  hama wereng padi secara terperinci, di bawah judul "De Omo Wereng". 

Buku lainnya, masih tentang hama tanaman adalah "Tweede Overzicht Schadelijke en Nuttige Insecten van Java" [Tinjauan Tentang Serangga Berbahaya dan Bermanfaat di Jawa]. Buku ini terbit tahun 1908 (Gambar 5).

Schadelijke en Nuttige Insecten van Java
Gambar 5. Sampul muka buku entomologi terapan yang disusun oleh Dr. JC Koningsberger, terbit tahun 1908.

Penyusunannya dikelompokkan menurut taksonomi serangga. Dimulai dari kelompok Phytophthires (kutu-kutuan), lanjut Heteroptera, dan terakhir Hymenoptera. Tak ayal lagi buku ini merupakan cikal bakal buku "The Pests of Crops in Indonesia" yang disusun oleh LGE Kalshoven.

Sejatinya, cakupan studi Koningsberger tak hanya serangga. Tetapi melebar ke burung, mamalia, dan fauna laut. Ini dapat dtelusuri dari buku-buku karyanya. Di antaranya "De vogels van Java en hunne oeconomische beteekenis" [Burung-burung di Jawa dan arti penting ekonominya] (1901), "De zoogdieren van Java" [Mamalia di Jawa] (1902), "Tripang en tripangvisscherij in Nederlandsch-Indië" [Tripang dan budidaya tripang di Hindia Belanda] (1904), dan "Java, zoölogisch en biologisch" [Jawa, zoologi dan biologi] (1915). 

***

Keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan sewaktu di kampus tampaknya memberinya bekal dasar kepemimpinan. Karier Koningsberger terus menanjak. Bermula dari Kepala Laboratorium Zoologi Pertanian (1898), Kepala Sekolah Pertanian di Bogor (1903), Wakil Direktur Departemen Pertanian (tahun 1907 dan 1909).

Pada 1 Januari 1911 ia didapuk sebagai Direktur 's Lands Plantentuin. Tempat tinggalnya pun kini pindah di rumah dinas direktur yang terletak di kompleks Kebun Raya, di belakang Istana Gubernur Jenderal.

Sebagai direktur ia kerap memandu tamu mancanegara yang berkunjung ke 's Lands Plantentuin. Tak hanya itu. Ia juga sering berhubungan dengan Gubernur Jenderal AWF Idenburg (1909-1916) dan penggantinya JP Count van Limburg Stirum (1916-1921) yang tinggal di istana. 

Gubernur yang disebut terakhir tadi mengenal Koningsberger sebagai pribadi yang optimis, cerdas, mudah bergaul, santun, dan menyenangkan. Karena itu, ketika Volksraad (parlemen) dibentuk pada tahun 1916 dan dicari seorang calon ketua yang independen, pilihannya jatuh pada JC Koningsberger.

Kepemimpinan Koningsberger di Volksraad sejak 1 Januari 1918 tampaknya tak berjalan mulus. Perdebatan politik yang sengit dan tajam kerap mewarnai persidangan. Ia merasa tak nyaman.

Ia lantas mengundurkan diri dari parlemen pada Januari 1919. Konon, pengunduran dirinya itu bukan semata-mata karena kemelut politik, tetapi lebih karena mewabahnya flu spanyol di Hindia Belanda pada kurun waktu 1918 -1919.

Flu spanyol merupakan pandemi paling mematikan dalam sejarah moderen umat manusia. Di Eropa 2 juta orang meninggal dunia, dan di Amerika 1.5 juta. Sementara Asia-lah yang terdampak paling parah, sebanyak 26-36 juta orang meninggal dunia. Di Hindia Belanda sendiri saja, kematian mencapai 1.5 juta dari jumlah penduduk yang ketika itu kira-kira 50 juta orang.

Di kalangan orang Belanda yang tinggal di Jawa kala itu, ada ungkapan "niemand ongestraft onder de klapperbomen' kon lopen", yang artinya "tak seorang pun kebal berjalan di bawah pohon kelapa". Maksudnya, sewaktu-waktu bisa saja ada buah kelapa yang jatuh persis menimpa kepala.

Benar saja, pada Desember 1918 Koningsberger terjangkit flu spanyol dengan gejala yang cukup parah. Badannya terasa lelah dan lemas, disertai batuk dan sesak napas, dalam waktu yang panjang. Kala Covid-19 mewabah pada 2020-2022, gejala yang demikian dikenal dengan sebutan "long covid".

***

Setelah menghabiskan waktu selama 25 tahun di Hindia Belanda, JC Koningsberger kembali ke tanah kelahirannya pada awal September 1919. 

Bagaimanapun, kehadirannya di Jawa telah membuka jalan bagi para penerusnya yang seprofesi. Sebut saja  Dr. WKJ Roepke (1908) yang meneliti hama kakao, dan Dr. KW Dammerman (1910) yang meneliti hama penggerek padi.

Terlebih lagi setelah berdirinya Instituut voor Plantenziekten [Balai Penyelidikan Hama Tumbuh-tumbuhan] di Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1911. Mereka yang kemudian berdatangan di Bogor di antaranya adalah Dr. S Leefmans (1912), Dr. P van der Goot (1912), Dr. LGE Kalshoven (1915), Dr. WC van Heurn (1919), Dr. J van der Vecht (1928), dan masih banyak lainnya.

Berkat mereka, Hindia Belanda menjadi lentera entomologi terapan. LO Howard dalam bukunya "A History of Applied Entomology", terbitan Smithsonian Institution tahun 1930, menulis tentang Hindia Belanda:

"No other country has a more competenly manned service in economic entomology".

Itulah barangkali buah dari kepeloporan JC Koningsberger.

Dr. JC Koningsberger meninggal dunia tahun 1951 pada usia 84 tahun. Ia dikenal sebagai seorang pribadi yang cerdas, menyenangkan, dan memiliki selera humor yang tinggi.

Referensi

Eveleens KG. 1976. Agricultural entomology in Indonesia during the colonial period and its relevance to current pest research. Contr. Centr. Res. Inst. Agric. Bogor. No. 19. 26 p.

Howard LO. 1930. A history of applied entomology (somewhat anecdotal). Smithsonian Miscellaneous Collections 84: 1-564.

Kadarsan S, Djajasasmita M, Martodihardjo P, Somadikarta S. 1994. Satu Abad Museum Zoologi Bogor 1894-1994. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI.

Koningsberger VJM. 2016. Gemene grondtonen het geslacht Koningsberger 1485-1995. Disertasi: Universiteit Utrecht.

Lieftinck MA, van Bemmel ACV. 1945. The development of the zoological museum at Buitenzorg. In Science and Scientists in the Netherlands Indies. Honig P & Verdoorn F (editors). New York City: Board for the Netherlands Indies, Surinam and Curacao. p 226-231.

Ravando. 2020. Perang Melawan Influenza: Pandemi Flu Spanyol di Indonesia Masa Kolonial, 1918-1919.Jakarta: Buku Kompas. 

Roepke W. 1951. In Memoriam Dr. JC Koningsberger. Entomologische Berichten. XIII(311): 257-258.

Internet

van den Doel HW. 2013. Koningsberger, Jacob Christiaan (1867-1951) in Biographical Dictionary of the Netherlands. http://resources.huygens.knaw.nl/bwn1880-2000/lemmata/bwn5/koningsberger. Huygens Instituut (diakses 21 Februari 2025).

Untuk keperluan sitasi, silakan tulis:

Rauf A. 2025. Duo Pelopor Studi Hama di Hindia Belanda: 2. Kisah Dr. JC Koningsberger. https://www.serbaserbihama.com/2025/02/kisah-hidup-jc-koningsberger.html. Diakses tanggal (sebutkan).